OUR NETWORK

Feses Berubah Tekstur saat Berlibur? Ini yang Harus Kamu Lakukan, Ladies! (Bagian 1)

Tidak ada yang mau berlibur ke destinasi wisata yang menyenangkan atau eksotis hanya untuk terjebak di toilet. Sementara keracunan makanan dapat menjadi sumber masalah perut, melakukan perjalanan itu sendiri juga merupakan faktor yang dapat mengubah pergerakan usus loh, Ladies.  Hal tersebut terjadi karena saat bepergian, mikrobioma ususmu juga demikian.

Saluran pencernaan manusia adalah rumah bagi triliunan bakteri, virus, dan jamur yang berbeda—yang semuanya mungkin terganggu oleh perjalanan ke tempat baru. 

“Sama seperti Anda, mereka dipengaruhi oleh perubahan jadwal tidur, perubahan pola makan, paparan mikroba baru, dan stres berlebih,” jelas Raja Dhir, co-CEO perusahaan mikrobioma Seed Health dilansir Popsci. Rupanya, cara mikroba ini merespons perubahan tersebut dapat menyebabkan usus yang overaktif. 

Kabar baiknya, diare akibat perjalanan atau komplikasi lainnya dapat dicegah. Ada beberapa cara yang telah dicoba dan benar untuk menghentikan masalah ini. Keep scrolling untuk mengetahuinya, Ladies!

Faktor yang memengaruhi feses 

Banyak aspek perjalanan yang dapat meningkatkan kemungkinan masalah buang air besar, kata Sunana Sohi, ahli gastroenterologi di Gastroenterology Health Partners di Louisville, Kentucky pada Popsci. Sebagian besar masalah itu—entah itu yang memicu sembelit atau diare—akan teratasi begitu Ladies kembali ke rutinitas hidup normal.

Duduk

Duduk dalam waktu lama, yang bisa menghabiskan berjam-jam di mobil atau pesawat, akan menekan organ perut. Tekanan ini memperlambat pencernaan karena mengurangi fungsi peristaltik—kontraksi otot yang diperlukan untuk memindahkan makanan secara fisik ke saluran pencernaan. 

Dengan saluran pencernaan yang tidak bekerja dengan kapasitas penuh, Ladies cenderung menghasilkan gas, kembung, sakit perut, sembelit, dan diare.

Jet lag 

Menyesuaikan dengan zona waktu yang berbeda memengaruhi ritme sirkadian tubuh, jam biologis 24 jam yang mengatur pencernaan dan siklus tubuh lainnya. Ritme sirkadian berkomunikasi dengan anggota tertentu dari microbiome dan menyinkronkan aktivitas agar selaras dengan saat kamu makan atau berpuasa. 

Ini juga termasuk saat Ladies biasanya pergi ke kamar mandi. Sebagian besar perut yang sehat memiliki jadwal yang konsisten untuk buang air besar setiap hari.

Akan tetapi bepergian ke zona waktu baru mengacaukan jam internal tubuh, yang mungkin membuat tubuhmu tidak sinkron dengan jadwal buang air besarmu yang biasa. 

Di rumah, Ladies mungkin buang air besar di pagi hari, tetapi saat berlibur, mungkin akan terjadi perubahan pada jam buang air besarmu. 

“Setiap perbedaan waktu atau perubahan dalam jadwal di mana Ladies bangun lebih awal dari biasanya atau tidur lebih larut dapat mengganggu keteraturan buang air besar, menyebabkan orang mengalami sembelit,” jelas Sohi.

Tidur

Kurang tidur dapat menyebabkan mikrobioma yang kurang sehat. Saat Ladies menyesuaikan diri dengan jadwal baru, tidur dapat menjadi tantangan. Tidur yang buruk ini dapat menyebabkan masalah pencernaan—beragam seperti diare hingga sakit perut—karena meningkatkan risiko peradangan di usus dan meningkatkan keinginanmu untuk makan makanan manis.

Makanan baru

Bergantung pada komposisi microbiome dalam tubuhnya, Dhir mengatakan mencoba ramuan atau bumbu baru dalam makanan sudah cukup untuk memengaruhi waktu yang dibutuhkan makanan untuk melewati usus. Hal tersebut karena masakan asing dapat mengiritasi mikroba usus yang tidak terbiasa mengolah bahan-bahan tersebut.

Stres

Betapapun mengasyikkannya perjalanan, hal itu juga memiliki tekanannya sendiri. Stres yang berlebihan membuat penghalang usus menjadi rentan, membuatnya terbuka bagi bakteri berbahaya untuk masuk dan meningkatkan peradangan.

Dehidrasi

Sebagian besar turis tidak minum air dalam jumlah yang seperti biasa dia minum, kata Sohi. Saat bepergian, mungkin tidak ada akses mudah ke air minum dibandingkan dengan persediaan yang tersedia di rumah. Bahkan sekalipun ada air, Ladies biasanya akan khawatir mengenai urusan ke kamar mandi. 

Penyakit usus dan usia

Orang dengan sindrom iritasi usus (IBS) dan penyakit radang usus (IBD) lebih sensitif terhadap masalah motilitas dan gejolak, catat Sohi dan Dhir. Karena wanita lebih mungkin mengalami masalah IBS dibandingkan pria, merekalah yang sering mengalami perubahan gerakan usus, kata Sohi.

Usia juga bisa berperan, katanya. Berhubung proses pencernaan melambat seiring bertambahnya usia, makanan bergerak lebih lamban melalui usus besar dan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menimbulkan masalah.

Lalu bagaimana sih cara mencegah gangguan usus saat traveling? Simak ulasan selanjutnya hanya di MeraMuda, Ladies! Pantengin terus yaaaa~

 

Sumber: popsci.com

Must Read

Related Articles