OUR NETWORK

Cegah Stroke, Pantau Tekanan Darah di Pagi dan Malam Hari

Senin (9/12/2019), Bayer bersama dengan Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia atau yang lebih familiar dengan PERHI dalam gerakan Peduli Hipertensi mendatangkan dr. Eka Harmeiwaty, SpS, dokter spesialis saraf (neurologist). Bayer sendiri merupakan perusahaan global dengan kompetensi di bidang Life Science terkait kesehatan dan pertanian. Dalam pertemuan tersebut, dr. Eka Harmeiwaty menjelaskan hubungan hipertensi dengan stroke serta memanfaatkan pengukuran darah sendiri (PTDR)/home blood pressure monitoring (HBPM) yang merupakan salah satu bentuk pencegahan terjadinya stroke.

Indonesia sendiri merupakan negara yang tercatat sebagai salah satu yang memiliki populasi terbanyak di dunia. Bahkan, kepadatan penduduknya menempati peringkat ke-4, dengan jumlah 267.670.543 orang. Terkait stroke, hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan RI di tahun 2018, menunjukkan jika prevalensi stroke yang didiagnosis berdasarkan diagnosis pada penduduk usia 15 tahun ke atas adalah 10,85 persen.

Sementara menurut Badan Kesehatan Dunia, di tahun 2016 stroke menempati peringkat ke-2 sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian. Dan menempati urutan ke-3 sebagai penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Dan hipertensi sendiri merupakan penyebab utama terjadinya stroke di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Baca juga: Coba Menurunkan Tekanan Darah? Coba Minum Jus Tomat, Yuk!

“Hipertensi adalah faktor risiko paling sering menyebabkan terjadinya stroke iskemik dan stroke hemoragik.  Angka prevalensi hipertensi pada orang dewasa di Indonesia meningkat dari 25,8% di tahun 2013 menjadi 34,1% di tahun 2018. Artinya, saat ini 3 di antara 10 penduduk Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas adalah penderita hipertensi”, kata Dr.Eka

Ia juga memaparkan ”Berdasarkan Indonesian Stroke Registry yang dilakukan di 18 rumah sakit pada tahun 2014, hasilnya menunjukkan dari 5.411 pasien stroke, 67% adalah stroke iskemik dan 33% stroke hemoragik perdarahan 1.  Angka ini berbeda dengan data global yang menyebutkan insidens stroke iskemik adalah 80-85% dan stroke hemoragik 15-20%.”

Hubungan antara hipertensi dan stroke sendiri, Dr. Eka menjelaskan jika. ” Hipertensi menyebabkan stroke iskemik dan stroke hemoragik melalui mekanisme yang berbeda. Tekanan darah yang tinggi akan merusak elastisitas pembuluh darah di otak, dinding pembuluh darah menebal dan mempermudah terbentuknya plak. Keadaan ini akan membuat lumen pembuluh darah menyempit dan tersumbat. Akibatnya otak tidak bisa mendapat suplai oksigen dan nutrisi yang akan menyebabkan kerusakan hingga kematian sel saraf di otak.  Selain itu hipertensi kronis akan menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri yang lebih kecil, dan menyebabkan terbentuknya gelembung yang bisa pecah sewaktu-waktu. Darah yang keluar dari pembuluh darah akan menekan sel saraf di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan. Tubuh mempunyai kemampuan mengabsorbsi darah, sehingga bila perdarahan tidak luas pemulihannya akan lebih baik dari stroke penyumbatan. Namun bila perdarahan luas akan berakibat fatal.”

Gejala Stroke yang Paling Banyak Ditemukan

Cegah Stroke, Pantau Tekanan Darah di Pagi dan Malam Hari
Foto: cdc.gov

Gejala stroke sendiri munculnya tidak bisa diduga-duga atau mendadak, sementara progresnya sendiri bisa secara bertahap ataupun bisa langsung parah. Gejala stroke yang paling banyak ditemukan antara lain

  • Kelumpuhan ekstremitas satu sisi
  • Kesemutan
  • Wajah menong dan pelo
  • Bisa juga munculnya gangguan bahasa, memori, penglihatan, dan lain-lain.

Pemeriksaan Darah Sendiri di Rumah

Cegah Stroke, Pantau Tekanan Darah di Pagi dan Malam Hari
Foto: medicalnewstoday.com

Untuk mewaspadai stroker, ada salah satu hal yang bisa dilakukan sebagai tindak pencegahannya yakni Pengukuran tekanan darah sendiri di rumah (PTDR). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi yang dibuat oleh PERHI tahun 2019 menyatakan jika seseorang akan terdiagnosis hipertensi jika Tekanan Darah Sistolik lebih dari 140 mmHG dan atau Tekanan Darah Diastolik lebih dari 90 mmHg pada pengukuran di klinik atau layanan masyarakat. 

Banyak orang juga turut bertanya, kenapa seseorang masih bisa terkena hipertensi meskipun sudah taat dalam pengobatan. Dr. Eka menyebutkan banyak sekali faktornya. Mulai dari tekanan darah, aktivitas fisik, sampai dengan keadaan emosional. Maka dari itulah pemeriksaan darah oleh pasien sendiri di rumah atau yang disebut dengan Pengukuran Tekanan Darah di Rumah sangat disarankan. Tekanan darah di pagi hari dan malam hari sangat penting untuk dipantau. 

Tekanan darah di pagi hari, menurut Dr. Eka ditargetkan kurang dari 135/85 mmHg. Pada pagi hari dilakukan 1 jam setelah bangun. Sementara di malam hari pengukuran dilakukan sebelum tidur.

Pertolongan Pertama Serangan Stroke

Cegah Stroke, Pantau Tekanan Darah di Pagi dan Malam Hari
Foto: cbc.gov 

Dr. Eka  menyebutkan,  jika seseorang mengalami stroke akibat penyumbatan maka ia akan selamat dari kematian atau kecacatan jika segera mendapatkan pengobatan dalam kurun waktu 4,5 jam pasca serangan. Secara singkatnya, disarankan untuk segera membawa pasien stroke ke rumah sakit supaya pengobatan segera dilakukan. 

“Dengan demikian, masyarakat disarankan segera membawa pasien stroke ke rumah sakit agar pemeriksaan penunjang dan pengobatan segera dilakukan. Pasien stroke yang datang ke rumah sakit dalam waktu kurang 60 menit menunjukan hasil pengobatan yang baik dimana 25 persen segera menjadi pulih,” kata dia. 

Tidak hanya itu saja, masyarakat juga dihimbau untuk mengenali gejala stroke yang paling mudah dengan metode Face Arms Speech Time (FAST). Face: memperhatikan wajah pasien apakah turun sebelah atau mencong, A atau Arm untuk menilai apakah ada kelemahan pada salah satu lengan atau tangan. S atau Speech untuk menilai apakah ada kesulitan berbicara seperti pelo.  Bila tanda-tanda tersebut terlihat, jangan buang waktu segera hubungi tenaga medis untuk mendapatkan pertolongan yang ditandai dengan T atau Time. Semoga informasi di atas membantu ya Ladies.

Must Read

Related Articles