Organ kewanitaan memang perlu dirawat dan dijaga kebersihannya agar tidak terjadi masalah. Meskipun begitu, cara merawatnya tidak boleh asal-asalan ya Ladies. Kamu harus tahu betul apakah teknik pembersihan yang dilakukan itu aman untuk dilakukan. Lalu bagaimana dengan vaginal douching yang selama ini banyak dilakukan? Yukm agar pengetahuanmu tentang vaginal douching lebih mendalam, ikuti ulasannya seperti berikut ini.
Mengenal vaginal douching
Bagi kamu yang pertama kali mendengar istilah ini, Meramuda akan berikan sedikit penjelasan. Vaginal douching adalah teknik pembersihan vagina dengan menggunakan cairan yang biasanya berasal dari bahan kimia, seperti halnya baking soda, cuka, pewangi, antiseptic dan juga tambahan air. Kebanyakan campuran dari bahan-bahan itu akan ada dalam sebuah wadah berbentuk kantong dengan selang atau semprotan yang memang digunakan untuk menyemprotkan cairan itu ke area vagina. Kata douching sendiri berasal dari kata Perancis yang artinya membasuh atau mengairi, dan ini dilakukan pertama kali di Perancis.
Vaginal douching, amankan?
Menurut Dr. Puspita Komala Sari anggota dari tim dokter Klikdokter.com, vaginal douching ini sebenarnya tidak perlu dilakukan. Karena sebenarnya di dalam organ kewanitaan terdapat bakteri, yang 95 persennya adalah bakteri baik dan sisanya pathogen. Bakteri jahat itu akan secara alami terbunuh sendiri jika tingkat keasaman seimbang. Jadi, jika kamu melakukan vaginal douching malah akan membunuh bakteri baik yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Resiko lakukan vaginal douching
Kira-kira satu dari 5 wanita melakukan douching lantaran menganggap vagina akan lebih bersih dan segar. Apalagi douching biasanya diperkaya dengan parfum yang membuat aroma vagina jadi segar. Padahal, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah mengenai manfaat douching ini bagi kesehatan reproduksi. Justru melakukan vaginal douching ini akan menimbulkan resko yang menyeramkan. Berikut ada beberapa resiko yang akan terjadi jika kamu kekeh untuk melakukan vaginal douching.
- Vagina bisa terinfeksi. Survei yang dilakukan oleh American Academy of Obstetrics and Gynecologymenunjukkan jika wanita yang sering melakukan vaginal douching (seminggu sekali) lima kali lebih rentan mengidap infeski bakteri vagina dibandingkan mereka yang tidak.
- Resiko penyakit radang panggul. Area kewanitaan sudah banyak mengandung bakteri jahat, douching akan mendorong bakteri itu masuk ke organ lebih dalam, dan bisa saja masuk ke rahim, saluran tuba falopi, dan bahkan juga indung telur. Dan itu bisa menyebabkan penyakit radang panggul.
- Masalah kehamilan. Karena kondisi alami vagina sudah terganggu, kamu akan beresiko mengalami kehamilan ektopik (janin tumbuh di luar rahim). Bahkan penelitian menyebutkan jika wanita yang rajin melakukan douching beresiko melahirkan di bawah berat badan normal
- Kaker serviks. Ini yang paling berbahaya yang bisa kamu derita saat melakukan douching. Douching ini bisa meningkatkan risiko infeksi HPV genital di area kewanitaan. HPV diketahui sebagai salah satu pemicu kanker serviks.
Cara aman bersihkan vagina
Karena vaginal douching tidak disarankan, ada cara alami yang bisa dilakukan untuk menjaga organ kewanitan tetap sehat.
- Bersihkan vagina dengan menggunakan air hangat dan juga sabun lembut tanpa pewangi. Air hangat ini akan menimbulkan efek rileks pada area kewanitaan, terlebih lagi saat menstruasi untuk mengurangi nyeri.
- Gunakan celana dalam jenis katun dan serat alami sehingga kulit tetap bisa bernafas secara bebas, dan jangan lupa untuk mengganti celana 3 kali sehari.
- Jika sedang datang bulan, usahakan untuk ganti pembalut 4 jam sekali.
- Setelah buang air pastikan arah membersihkan vagina dari depan ke belakang.
- Hindari penggunaan produk pembersih yang belum dipastikan keamanannya.
Nah, sekarang Ladies sudah sedikit tahu mengenai vaginal douching ya. Maka dari itu sebisa mungkin hindari yang namanya douching agar kesehatan organ kewanitaan tetap terjaga. Dan satu hal lagi, jangan malas buat menjaga area vagina ya, buat masa depanmu lho itu…
Sumber: Hello Sehat, Klik Dokter, Foto cover: hellodoktor.com