OUR NETWORK

9 Hal yang akan Terjadi pada Tubuh Saat Kamu Tidur dengan TV Menyala (Bagian 2)

Menyalakan televisi hingga tertidur tampaknya sudah menjadi hal yang normal untuk dilakukan di masa sekarang ini. Namun, apakah kebiasaan ini memiliki efek yang buruk? Lalu adakah dampak positif yang bisa didapatkan dari kebiasaan ini? Simak ulasannya di bawah ini, Ladies!

1. Risiko terkena hipertensi bisa meningkat

Menurut Mayo Clinic, semakin sedikit tidur yang kamu dapatkan, tekanan darah bisa semakin meningkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang disebabkan oleh kurang tidur. Atau bisa juga disebabkan oleh kondisi seperti sleep apnea, yang dapat menyebabkan hipertensi dan masalah jantung lainnya. 

Selain itu, penelitian tahun 2014 yang diterbitkan dalam American Journal of Hypertension menunjukkan bahwa tekanan darah bisa turun rata-rata 10% hingga 20% saat tidur, dan kurang tidur bisa berdampak langsung pada tingkat tekanan darah, terutama pada orang dewasa muda dan paruh baya.

Selain itu, penggunaan televisi juga membawa risiko terkena tekanan darah tinggi. Sebuah studi tahun 2007 yang diterbitkan dalam American Journal of Preventative Medicine mengungkapkan bahwa anak-anak yang menonton televisi empat jam atau lebih setiap hari memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar terkena hipertensi di masa dewasa dibandingkan mereka yang tidak menonton televisi. 

Selain itu, sebuah penelitian tahun 2013 yang diterbitkan dalam International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity menunjukkan bahwa menonton televisi secara berlebihan, bahkan lebih tinggi dibandingkan perangkat elektronik lainnya, dikaitkan dengan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi dan kolesterol yang lebih tinggi.

2. Bisa mempengaruhi kesehatan mental

9 Hal yang akan Terjadi pada Tubuh Saat Kamu Tidur dengan TV Menyala (Bagian 2)
Foto: freepik

Paparan berulang kali terhadap cahaya yang berasal dari TV di malam hari dapat mengubah otak. Hal ini didukung oleh penelitian tahun 2010 yang dilakukan oleh para peneliti di Ohio State University. 

Dalam studi tersebut, peneliti memaparkan sekelompok hamster pada cahaya redup selama siklus tidur mereka selama delapan minggu. Pada masa tersebut, hamster mulai menunjukkan perubahan pada hipokampus dan mulai menunjukkan gejala depresi, seperti menolak air gula. 

Penelitian ini cocok dengan hasil penelitian serupa yang dilakukan beberapa tahun sebelumnya oleh peneliti yang sama. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tikus yang terkena cahaya malam tingkat rendah juga mengalami gejala depresi.

Demikian pula, penelitian tahun 2022 yang diterbitkan oleh Cureus menunjukkan bahwa paparan berlebihan terhadap perangkat seperti ponsel cerdas, laptop, dan televisi dikaitkan dengan dampak negatif terhadap kesehatan psikologis. 

Secara khusus, penelitian ini menunjukkan penggunaan layar di malam hari sebagai pemicu potensial depresi dan pikiran untuk bunuh diri di kalangan remaja. Studi lain pada tahun 2021 yang diterbitkan dalam Psychology Research and Behavior Management menunjukkan bahwa menonton televisi secara berlebihan meningkatkan perasaan stres, depresi, kecemasan, dan insomnia.

3. Siklus REM akan terganggu

Terjadi kira-kira satu jam setelah kita tidur, tidur gerakan mata cepat (REM) penting untuk mengkonsolidasikan ingatan, memproses emosi, dan perkembangan otak (melalui Sleep Foundation). Tidur REM juga merupakan tempat terjadinya sebagian besar mimpi kita yang paling nyata. Menurut penelitian tahun 2012 yang diterbitkan di Frontiers in Behavioral Neurosciences, kurang tidur REM berperan dalam mengatur emosi dan memori dengan baik.

Cahaya yang dipancarkan oleh perangkat elektronik, termasuk televisi, dapat mengganggu keberhasilan kita mencapai tahap tidur REM. Temuan ini dilaporkan oleh sebuah penelitian tahun 2014 yang diterbitkan di PNAS. Dalam penelitian tersebut, pasien yang menggunakan perangkat elektronik sebelum tidur membutuhkan waktu sepuluh menit lebih lama untuk tertidur dibandingkan mereka yang tidak. Begitu mereka tertidur, mereka juga mengalami gerakan mata yang jauh lebih lambat. 

Selain itu, otak manusia terus memproses informasi bahkan setelah tertidur, seperti yang dilaporkan oleh sebuah penelitian tahun 2014 yang diterbitkan dalam Current Biology. Oleh karena itu, suara, musik, dan dialog yang berasal dari TV dapat menyebabkan otak kita bereaksi. Ini dapat membuatmu tidak tertidur lebih nyenyak dan nyenyak.

4. Bisa mengurangi stres

9 Hal yang akan Terjadi pada Tubuh Saat Kamu Tidur dengan TV Menyala (Bagian 2)
Foto: freepik

Tertidur sambil menonton sitkom atau film favorit bisa menjadi cara yang bagus untuk melepas lelah dan meredakan ketegangan setelah hari yang melelahkan. Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam Social Psychological and Personality Science mengungkapkan bahwa, bagi orang yang merasa tidak terkendali, mengunjungi dunia fiksi dapat menjadi cara untuk memulihkan rasa pengendalian diri dan memberikan ketenangan pikiran. 

Selain itu, keakraban dengan acara atau film yang disukai dapat menenangkan, memberi tahu kita apa yang diharapkan dan menghilangkan ketidakpastian. Semuanya dapat mendorong relaksasi.

Kaitan antara menonton TV dan berkurangnya stres didukung lebih lanjut oleh penelitian tahun 2016 yang diterbitkan di Health Communication. Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang menonton TV, semakin rendah kadar hormon stres kortisol mereka. 

5. White noise dapat membantu tidurmu 

Bagi sebagian orang, tidur dengan suara bising di latar belakang bisa menjadi cara yang baik untuk bersantai dan tertidur. Sebuah studi tahun 2008 yang diterbitkan dalam Journal of Advanced Nursing menunjukkan bahwa mendengarkan musik klasik sebelum tidur meningkatkan kualitas tidur secara signifikan. Selain itu, survei tahun 2018 yang dilakukan dan diterbitkan oleh PLoS One menunjukkan bahwa 62% orang menggunakan musik untuk membantu mereka tidur.

Salah satu argumen untuk tetap menyalakan TV saat tidur adalah sesuatu yang dikenal sebagai respons meridian sensorik otonom (ASMR). Menurut Sleep Foundation, ini adalah sensasi kesemutan yang menyenangkan dan perasaan rileks di kulit kepala, leher, dan bahu. Hal ini dapat dipicu oleh beberapa hal, termasuk suara tertentu seperti berbisik, mengetuk, membalik halaman, dan mengetik (via Healthline). Oleh karena itu, sejumlah video yang menampilkan suara pemicu ASMR dari film dan acara TV menjadi sangat populer di YouTube. 

Menggunakan ASMR sebagai cara untuk tidur sudah cukup efektif sehingga, dalam sebuah penelitian tahun 2023 yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health, para siswa membandingkan ASMR dengan meminum obat tidur. Jadi, meskipun membiarkan TV menyala mungkin tidak cocok untuk semua orang, ada bukti yang menunjukkan bahwa hal ini dapat membantu dalam beberapa kasus.

 

Sumber: healthdigest.com

Must Read

Related Articles