World Bipolar Day alias Hari Bipolar Sedunia jatuh pada tanggal 30 Maret setiap tahunnya. Menjelang perayaan tahun ini seminar kesehatan mengenai World Bipolar Day digelar pada hari Selasa (20/3) kemarin.
Ladies tentu sering mendengar mengenai banyak selebritis yang menderita gangguan bipolar. Tidak sedikit nama-nama yang mungkin Ladies idolakan termasuk, sebut saja mendiang Robin Williams dan juga Catherine Zeta-Jones. Penderita gangguan bipolar mengalami episode manik-depresi atau perasaan senang dan sedih yang berlebihan. Semua orang pasti mengalami senang dan sedih ya, Ladies. Tapi, penderita gangguan bipolar mengalami perasaan senang dan sedih yang lebih intens. Tentunya, itu bisa menganggu kehidupan penderitanya mulai dari kesehatan fisik sampai ke interaksi sosial penderitanya.
Alih-alih menggunakan metode penyembuhan ‘alternatif,’ penderita gangguan bipolar memerlukan dukungan psikologis, sosio-kultural-spiritual, dan biologis. Dukungan biologis dalam bentuk medikasi diperlukan untuk memperpendek masa sakit, menurunkan intensitas gejala, dan yang terpenting mengembalikan fungsi agar penderita dapat beraktivitas dengan normal. Gangguan bipolar sebenarnya dapat dikontrol. Dan jika ditangani dengan tepat dapat membawa pengaruh positif ke penderita dan sekitarnya. Misalnya visual artist Hana yang dikenal dengan Hana Madness. Sempat tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya, sekarang Hana berhasil membuktikan bahwa penderita gangguan bipolar seperti dirinya tetap bisa menghasilkan karya yang ciamik.
Dengan tema ‘Hug, Help, Solve the Puzzle,’ selain menjelaskan mengenai gangguan bipolar, seminar diselingi juga dengan peluncuran boneka Hagi karya Hana Madness.
Diharapkan boneka ini bisa jadi teman untuk para penderita bipolar yang membutuhkan pelukan dan dukungan. FYI, di DKI Jakarta sendiri diperkirakan sekitar 763,000 orang mengalami gangguan kecemasan dan depresi, Ladies.
Sebagai bagian dari masyarakat, kita juga bisa membantu, Ladies. Cari tahu dan banyak membaca mengenai beragam penyakit kejiwaaan bisa menjadi langkah pertama kamu. Kamu tentunya setuju dong, bahwa bukan hanya kesehatan fisik yang diperlukan, kesehatan mental juga tidak kalah penting. Dengan meningkatkan pemahaman, kita bisa membantu untuk lebih menerima para penderita untuk lebih diterima di masyarakat dan menjauhkan mereka dari diskriminasi. 🙂