Apakah Ladies sering berselancar di Twitter? Jika iya, mungkin Ladies menyadari huru-hara Pilkada DKI telah ‘membakar’ timeline. Tidak dapat dimungkiri bahwa situasi politik di Jakarta sedang tidak kondusif dan stabil, dan Twitter adalah salah satu ‘bahan pengawet’ dari situasi tersebut. Coba Ladies perhatikan, setiap isu politik pasti dengan bebas dapat dikomentari oleh pengguna akun Twitter. Tidak jarang juga banyak bermunculan akun-akun anonim yang gemar mengompori suatu insiden, bahkan melancarkan fitnah dan hinaan. Nyaman Twitter-an yang dulu menjadi tempat melepas stres, kini malah menjadi sumber stres. Selebtweet idola ladies, yang dulu sering melontarkan cuitan lucu, kini membahas politik teruuussss. Belum lagi para buzzer cagub yang kerja keras 7 hari 24 jam. Duh!
Buntut dari banyaknya laporan hoax serta konten negatif yang membanjiri Twitter (yang sebenarnya telah berlangsung selama bertahun-tahun), sosial media berlambang burung biru ini melakukan update pada pengaturan keamanannya dengan tujuan agar pengguna dapat ‘mengusir’ akun dan cuitan penghinaan. Lebih spesifik lagi, Twitter menjelaskan bahwa jenis cuitan yang masuk ke dalam kategori penghinaan atau kebencian adalah “perilaku yang secara spesifik menyasar orang-orang berdasarkan ras, etnis, kewarganegaraan, orientasi seksual, gender, identitas gender, afiliasi keagamaan, usia, penyakit maupun cacat”.
Langkah pengusiran ini memiliki dua bagian, yaitu mute dan reporting.
Fitur mute, yang dirilis pada tahun 2014, adalah cara untuk membisukan atau menyenyapkan akun tertentu tanpa diketahui oleh akun tersebut. Dengan me-mute sebuah akun, pengguna tidak akan melihat cuitan akun tersebut di tab timeline-nya. Sayangnya fitur ini belum mampu menjauhkan pengguna dari kata atau kalimat yang ‘membuat gerah’. Kini, fitur mute telah berkembang dan cukup efektif dalam mencegah pengguna Twitter membaca cuitan penghinaan atau kebencian. Update yang dilakukan Twitter pada pengaturan keamanannya telah memungkinkan pengguna untuk me-mute kata dan kalimat secara spesifik sehingga kata tersebut tidak akan muncul pada tab timeline maupun mentions. Twitter juga mengungkapkan bahwa mereka tengah melatih tim support dan merombak sistemnya agar dapat menangani laporan penghinaan secara lebih cepat dan sensitif.
Begini cara fitur mute bekerja.
Sementara itu, fitur reporting yang baru tetap berpegang pada usahanya untuk menemukan cuitan penghinaan, tetapi perbedaannya terletak pada cara Twitter menanganinya.
Fitur reporting terbaru memungkinkan bagi pengguna untuk melaporkan cuitan penghinaan meskipun tidak terlibat di dalamnya. Jadi, meskipun ladies hanyalah seseorang yang membaca cuitan tersebut, bukan korban, maka ladies tetap bisa melaporkannya. Twitter menggunakan tim yang terdiri dari manusia, bukan algoritma untuk memproses laporan ini sehingga apabila terdapat banyak laporan atas satu insiden, tim ini akan lebih bisa memberikan perhatian.
Terlepas dari usahanya untuk mendapatkan laporan lebih sering, Twitter akan terus menyegarkan program yang akan segera dilengkapi dengan sistem dan aturan, dan perangkat internal agar dapat bertindak lebih cepat dan efektif.
Nah, jadi kalau ada akun Twitter yang membuat ladies pusing, pusing, pusiiiinnngggg, cukup mute dan report saja!
Sumber: Tech Crunch