Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpuan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), DR. dr. Ismoyo Sunu, SpJP(K), FIHA menghimbau masyarakat untuk menggalakkan Keluarga Proaktif Kardiovaskular Sehat Indonesia (KOAKTIVASI) nih, Ladies. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kematian dan kecacatan akibat dari pernyakit kardiovaskular ini. Makanya, sebagai bagian dari keluarga Indonesia, yuk mulai kenali penyakit jantung sejak dini!
“Seluruh anggota keluarga dihimbau untuk proaktif mengidentifikasi faktor resiko penyakit kardiovaskular dan mengendalikannya dalam keluarga,” tegas DR. dr. Ismoyo Sunu, SpJP(K), FIHA, lagi saat menghadiri Annual Scientific Meeting of Indonesia Heart Association (ASHIMA) yang diselenggrakan di Kuningan, Jakarta.
Adapun ASHIMA merupakan temu ilmiah yang diselenggarakan oleh PERKI dan bekerja sama dengan berbagai asosiasi profesi dokter jantung dan pembuluh darah dari berbagai negara di dunia. ASHIMA yang diselenggarakan pada 20 April lalu pun membahas banyak hal tentang kardiovaskular seperti perkembangan terbaru tentang pelayanan medis akut jantung, gagal jantung, hingga soal pencitraan kardiovaskular.
Ngomongin soal kardiovaskular, ternyata terdapat banyak sekali perkembangan yang telah dicapai dalam bidang kardiovaskular di Indonesia, salah satunya dalam bidang pencitraan kardiovaskular nih, Ladies. Sebab, pencitraan kardiovaskular punya peranan yang penting dalam memahami penyakit kardiovaskular secara
lebih baik, lho.
Dengan pencitraan kardiovaskular ini diharapkan dapat menurunkan jumlah kematian dan kecacatan akibat dari penyakit yang disebabkan dari gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah ini. Pencitraan kardiovaskular ini, nggak hanya dilakukan untuk pengobatan namun fungsinya jauh lebih awal lagi, yaitu pada deteksi dini dan sebagai upaya untuk mencegah serangan jantung.
Yup, pencitraan kardiovaskular dapat menguraikan anatomi dan fisiologi tubuh, menyempurnakan penanganan, mengevaluasi akibat dari intervensi yang diberikan, dan juga membantu penentuan prognosis (perkiraan yang akan terjadi mengenai penyakit atau penyembuhan) dari pasien. Lebih jauh lagi, kemajuan teknologi di bidang pencitraan kardiovaskular ini bahkan sangat membantu dokter untuk melakukan penyembuhan.
“Prevalensi (jumlah keseluruhan kasus) penyakit kardiovaskular di Indonesia maupun di dunia diperkirakan akan terus meningkat,” ungkap dr. Dafsah A. Juzar, SpJP(K), FIHA, Ketua Scientific Committee ASMIHA 2018.
Ia melanjutkan, pada awalnya, pencitraan dianggap tidak lebih dari sarana untuk memvisualisasikan perubahan dalam struktur dan anatomi. Namun dengan penemuan teknologi baru, saat ini pencitraan berperan dalam diagnosis biologis, fungsional, hemodinamik dan beberapa proses patofisiologi.
Sedangkan, pada kasus Penyakit Jantung Bawaan (PJB), pencitraan kardiovaskular merupakan hal yang mendasar. Pencitraan kardiovaskular sangat diperlukan sejak awal tahapan diagnosis. Namun, pelaksanaan pencitraan kardiovaskular masih memerlukan peningkatan terutama dalam ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan alat yang belum merata di seluruh Indonesia.
“Pencitraan kardiovaskular merupakan hal yang fundamental dalam diagnosis penyakit jantung bawaan. Sayangnya belum ada satu modalitas pencitraan yang dapat memenuhi seluruh peranan tersebut tanpa bantuan modalitas pencitraan lain. Oleh sebab itu, penilaian penyakit jantung bawaan ini harus melibatkan berbagai modalitas pencitraan yang fungsinya saling melengkapi satu sama lain, sensitif, akurat, reprodusibel, dan hemat biaya, dengan efek samping yang minimal,” tutup dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA.
Foto Cover: Dok. Eugenia Communications