Jika Ladies aktif di Instagram, mungkin Ladies akan sering menemukan banyak following dan bahkan akun lain di Explorer yang mengunggah foto di IKEA. Semenjak kedatangannya beberapa tahun lalu ke Indonesia, IKEA memang langsung mengambil hati masyarakat karena pilihan furniturnya yang cantik, sederhana, tetapi memikat. Sayangnya, beberapa hari ini perusahaan IKEA sedang dirundung duka. Pada hari Sabtu (27/01) lalu, founder dari IKEA, Ingvar Kampard menghembuskan napas terakhirnya di rumahnya di Smaland, Swedia. Tidak dijelaskan secara spesifik penyakit apa yang menyerang ayah dari empat anak tersebut. Namun dijelaskan bahwa ia menderita gangguan kesehatan.
Di tahun 2013 silam, Ingvar Kampard telah mundur dari perusahaan dan menyerahkannya kepada puteranya, Mathias. Perusahaan menyampaikan belasungkawanya dengan menyatakan bahwa Ingvar akan selalu dirindukan dan dikenang oleh keluarganya juga oleh staf IKEA di seluruh dunia.
Menginspirasi
Ingvar Kampard tercatat memiliki kekayaan senilai lebih dari £54 miliar dari jejaring ritel perabotan rumah tangganya tersebut. Namun, kekayaannya tersebut tidak didapatkan begitu saja. Ingvar merintis usahanya dari usia remaja, yaitu 17 tahun. Nama IKEA didapatkannya dari inisial nama peternakan keluarnya, Ingvar Kampard dari Emitaryd, Agunnaryd.
Wirausahawan kelahiran 30 Maret 1926 ini pernah menjual korek api ke tetangganya dengan sepeda, kemudian menjual ikan, berlanjut ke hiasan pohon natal, biji-bijian, dan pulpen serta pensil. Setelah itu ia mengembangkan usahanya dengan beriklan di surat kabar lokal dan mengoperasikan usahanya melalui katalog. Setiap pesanan akan didistribusikan via van susu lokal, yang mengantarkan susu ke stasiun kereta terdekat.
Di tahun 1950, Ingvar memasukan furniture ke dalam katalog. Furnitur tersebut dibuat oleh pabrik lokal dekat rumahnya. Setelah produk furniturnya menerima respon positif, Ingvar memutuskan untuk menghentikan penjualan produk lain dan berfokus pada furnitur berharga murah tersebut. Dari situlah IKEA lahir dan menerapkan konsep “menerapkan harga murah dengan membiarkan pelanggan menyusun furniture yang dibelinya sendiri.”
Ingvard berhasil meraih kesuksesannya berkat etos kerja, prinsip hemat, dan kerendahan hatinya. Yup, untuk ukuran seorang miliarder, Ingvar Kampard memang terlalu hemat.
Menurut keterangannya langsung saat diwawancara, pakaiannya bahkan ia dapatkan dari pasar murah ataupun toko baju bekas. Untuk memotong rambutnya pun, Ingvar menyatakan bahwa harga termahal yang pernah ditebusnya adalah 22 euro atau sekitar Rp 315 ribu. Namun Ingvar menyatakan bahwa kebiasaannya tersebut adalah wajar untuk orang Swedia, terutama dari kampung halamannya. Kegemarannya untuk berhemat pulalah yang memotiviasinya untuk pindah ke Liechtennstein, Swiss, pada tahun 2014 untuk menghindari pajak yang mahal.
Meskipun hemat, bukan berarti Ingvar pelit untuk berderma. Tercatat bahwa Ingvar pernah mendonasikan uang sejumlah $20 juta di tahun 2012 saja.
Namun bukan berarti Ingvar tidak pernah tersandung kasus. Tahun 1994 lalu, surat kabar Swedia melaporkan bahwa Ingvar pernah berkomunikasi dengan Per Engdahl, seorang pemimpin fasis Swedia, di tahun 1940 dan 1950-an. Dalam konfirmasinya atas isu tersebut, Ingvar menyatakan bahwa ia pernah menjadi simpatisan gerakan tersebut akibat dari pengaruh neneknya yang berdarah Jerman. Neneknya adalah seorang pendukung sejati Hitler dan kerap mencuci otak cucunya dengan propaganda ala Nazi. Ingvar menyatakan bahwa masa-masa tersebut merupakan bagian dari kehidupannya yang amat disesalinya. Ingvar bahkan tidak ragu untuk meminta maaf kepada publik atas kebodohan masa mudanya tersebut.
Selamat jalan, Mr. Ingvar Kampard!
Sumber: New York Post, Foto cover: rt.com