OUR NETWORK

Harapan Baru untuk Pasien Penyakit Ginjal Kronik, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Mempersembahkan Layanan Transplantasi Ginjal

Hari ini RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo melakukan re-launching Unit Layanan Transplantasi Ginjal mereka. Peluncuran ulang ini sudah selaras dengan kebiasaan baru dengan memberlakukan protokol kesehatan terkait pandemi Covid-19, tentunya tanpa mengurangi kualitas layanannya. Jadi, layanan yang diberikan tetap aman, nyaman, dan didikung SDM yang handal, sarana prasarana lengkap, serta teknologi modern.

RSCM memulai transplantasi ginjal yang pertama pada tahun 1977. Dalam perkembangannya, ada banyak teknologi yang telah diadopsi untuk memajukan layanan transplantasi ginjal di Indonesia. Misalnya dengan tindakan pengambilan ginjal donor dengan operasi invasif minimal, laparoskopi, yang diperkenalkan pada tahun 2011. Sejak saat itu RSCM telah melakukan sekitar 800 prosedur transplantasi ginjal dan terus berupaya memberikan yang terbaik. Termasuk dengan mengembangkan pendidikan dan penyebarluasan informasi untuk masyarakat luas.

Dalam Virtual Media Briefing pagi ini (11/9), dr. Lies Dina Liastuti, SpJP (K), MARS, Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memberi penjelasan.

Menurut dr. Lies, RSCM telah memberlakukan sistem zonasi yang ketat untuk mengurangi potensi penularan antar pasien, tenaga kesehatan, dan karyawan. Ada 3 zona yang diberlakukan, yaitu zona merah, zona kuning, dan zona hijau. Karena imbauan Kementerian Kesehatan untuk mengurangi praktik rawat jalan, layanan transplantasi ginjal menjadi salah satu program unggulan RSCM yang cukup terdampak. “Melalui acara ‘Re-launching Layanan Transplantasi Ginjal’, RSCM berharap, dengan pemberlakuan protokol kesehatan baru ini, potensi penularan risiko Covid ke pasien dapat dikurangi seminimal mungkin tanpa mengurangi kualitas layanan. Dengan demikian, masyarakat yang membutuhkan prosedur transplantasi ginjal dapat kembali berobat ke RSCM tanpa dipenuhi rasa gelisah dan khawatir.”

Harapan Baru untuk Pasien Penyakit Ginjal Kronik, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Mempersembahkan Layanan Transplantasi Ginjal
Dr. Bonar – Dr. Aldi – Dr. Dita via Eugenia Communications

Prof. Dr. dr. Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM, Ketua Indonesian Transplantation Society mengemukakan masalah universal dalam bidang transplantasi organ, yaitu kurangnya jumlah donor. “Transplantasi ginjal di Indonesia baru dilaksanakan dari donor hidup, sedangkan transplantasi dari donor jenazah belum terlaksana.” Ia menilai sebagian besar masyarakat Indonesia masih apatis terhadap kegiatan transplantasi organ. Walaupun ada upaya penyuluhan, tapi masih sedikit yang bersedia menyumbangkan ginjalnya untuk pasien yang membutuhkan. “Dengan terbentuknya Komite Transplantasi Nasional yang disertai dukungan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia, diharapkan masalah kekurangan dnor ginjal akan dapat diatasi dengan upaya peningkatan jumlah donor hidup dan pelaksanaan transplantasi dengan donor jenazah.”

Harapan Baru untuk Pasien Penyakit Ginjal Kronik, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Mempersembahkan Layanan Transplantasi Ginjal
Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K) via Eugenia Communications

Sementara itu menurut Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K), Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Urologi FKUI-RSCM, dibandingkan dengan data tahun 2017, terdapat peningkatan sebesar 284 prosedur dalam 3 tahun terakhir.

Salah satu faktor yang mendukung adalah tingkat keberhasilan transplantasi ginjal di Indonesia yang cukup komparatif dengan negara-negara maju. Secara umum transplantasi ginjal adalah metode terbaik. Berdasarkan studi, pasien yang menjalani prosedur tranplantasi memiliki rerata harapan hidup yang lebih lama dibanding pasien yang menjalani prosedur cuci darah. Dan dalam jangka panjang juga lebih ekonomis dibanding cuci darah.

Lantas apakah transplantasi ginjal hanya dapat dilakukan sebagai langkah terakhir setelah pasien menjalani cuci darah? Ia menekankan bahwa itu hanyalah mitos yang tidak tepat. Apalagi saat ini biaya transplantasi ginjal telah dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Risiko operasi uga dapat dikurangi mengingat track record rposedur ini di RSCM sangat baik dengan angka keberhasilan yang tinggi.

Perawatan pascar prosedur tidak kalah penting ya, Ladies. Dibutuhan pemantauan ketat untuk menilai risiko penolakan organ, pemantauan terhadap organ lainnya, juga terhadap individuyang rentan akibat konsumsi obat jangka panjang dan kondisi medis lainnya. RSCM sudah dilengkapi ICU dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk pemantauan pasien, serta tindakan emergensi bila diperlukan. Salah satunya adalah mesin pengganti ginjal berkelanjutan/continuous renal replacement therapy (CRRT) yang berperan menggantikan fungsi ginjal bila ginjal baru tidak bekerja sesuai harapan.

Survei Edukasi Donasi Ginjal yang dibuat oleh Departemen Urologi FKUI/RSCM juga diluncurkan tahun ini.

dr. G. Reinaldi Situmorang, SpU, PhD, menjelaskan bahwa survei ini bertujuan untuk menggaungkan tindakan transplantasi ginjal dari donor hidup yang telah dilakukan cukup sering di Indonesia. Selain itu juga untuk memperkenalkan dan mempersiapkan wawasan masyarakat untuk tindakan transplantasi dari donor kadaver yang sedang dipersiapkan untuk dapat dilakukan di Indonesia. “Survei ini diharapkan dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan antusiasme masyarakat terhadap tindakan transplantasi ginjal. Ke depannya, survei ini juga akan menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya distribusi informasi tentang pelayanan transplantasi ginjal di Indonesia.”

Semoga layanan dan program selanjutnya berjalan lancar ya. Nggak sabar mendengar inovasi apa aja yang bisa dilakukan di bidang ini untuk makin membantu para pasien ginjal ya, Ladies.

Must Read

Related Articles