Belakangan ini warga Indonesia heboh dengan pemblokiran yang dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap versi web aplikasi perpesanan Telegram. Pihak pemerintah Indonesia menyebutkan jika layanan chatting Telegram banyak sekali memuat konten radikalisme dan terorisme. Dan pemblokiran tersebut merupakan upaya yang dilakukan untuk meredam aksi terorisme yang intensitasnya semakin meningkat saja di Tanah Air.
Samuel Abrijani Pangarepan selaku Dirjen Aplikasi dan Informatika Kemenkominfo menyebutkan jika di Telegram banyak sekali kanal-kanal yang bermuatan propaganda radikalisme, terorisme, paham kebencian, ajakan merakit bom, cara melakukan penyerangan dan hal-hal lain yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang di Indonesia. Maka dari itulah pihak pemerintah terpaksa memblokir Telegram setelah sebelumnya menghubungi perusahaan pengelolanya namun tak digubris.
Dan akhirnya, kabar tersebut sampai ke telinga pimpinan tertinggi sekaligus pendiri Telegram yakni Pavel Durov.
Ia menyebutkan jika ada miskomunikasi yang terjadi antara pihaknya dengan pemerintah Indonesia terkait pemblokiran Telegram. Tak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan salah salah satu pengguna terbesar Telegram.
Atas kejadian tersebut, bos Telegram ini bergegas untuk menyiapkan tiga solusi untuk meyakinkan pemerintah bahwa aplikasinya akan memberantas konten negatif dan terorisme. Solusi yang pertama Telegram akan memblokir semua kanal yang berkaitan dengan terorisme yang sebelumnya sudah dilaporkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia ke pihaknya.
Dan solusi yang kedua yakni pria yang mendapat julukan Mark Zuckerberg dari Rusia ini telah mengirimkan balasan e-mail kepada Menkominfo agar komunikasi bisa berjalan langsung antar kedua pihak. Solusi ketiga yang diberikan Telegram adalah membentuk tim moderator yang memiliki pengetahuan bahasa dan budaya yang terdaat di Indonesia. Tim ini akan melaporkan secara berkala konten-konten yang berkaitan dengan terorisme lebih cepat dan akurat.
Bos tampan berusia 32 tahun tersebut mengaku telah mengirimkan solusi-solusi tersebut kepada pemerintah Indonesia agar Telegram bisa kembali digunakan. Meskipun Telegram menjunjung tinggi privasi, namun sang pemilik mengakui jika mereka juga tidak berteman dengan terorisme. Hal itu terbukti bahwa setiap bulannya mereka memblokir ribuan situs milik ISIS dan mempublikasikannya di @isiswatch.
Kamu termasuk pengguna Telegram juga, Ladies?