Tahukah Ladies, orang Amerika membeli sekitar 600 juta pon permen setiap tahun saat merayakan Halloween. Jika Ladies masih belum yakin seberapa besar jumlah tersebut, ketahuilah, kapal Titanic memiliki berat sekitar 100 juta pon. Nah sekarang bayangkan jumlah permen sebanyak enam kali kapan Titanic. Banyak banget kan, Ladies?
Baca juga: Halloween Makeup yang Terinspirasi dari Kemasan Permen
Mungkin Ladies bertanya-tanya, sejak kapan dan dari manakah tradisi penuh gula ini dimulai? Meskipun pada dasarnya masyarakat Indonesia tidak merayakan Halloween, tidak ada salahnya Ladies mengetahui sejarah menarik ini. Yuk, simak ulasannya di bawah ini, Ladies.
Penemuan “Hari Permen”
Seperti yang Ladies tebak, tradisi ini harus berterima kasih kepada industri permen, meskipun memang tidak sepenuhnya prakarsa mereka. Pada tahun 1916, Natal dan Paskah adalah hari libur utama untuk menjajakan makanan manis. Akan tetapi, namanya juga industri, para eksekutif tetap berusaha mencari cara untuk meningkatkan penjualan permen.
Akhirnya mereka mulai menciptakan Candy Day atau Hari Permen yang dirayakan pada hari Sabtu kedua di bulan Oktober. Para pengusaha permen “menjual” Candy Day sebagai hari libur persahabatan, meskipun tentu saja itu adalah hari libur buatan yang diciptakan hanya untuk satu tujuan: menghasilkan uang dari penjualan permen.
Candy Day selanjutnya berganti nama menjadi “Sweetest Day” untuk menghubungkan gagasan permen dan persahabatan. Gelar tersebut bertahan sampai tahun 1950-an.
Lahirnya “Treats” sebagai Trik Alternatif
Sementara industri permen mulai memburu liburan musim gugur untuk meningkatkan kembali penjualan permen, para orang tua sedang berjuang mencari kegiatan terorganisir untuk membuat anak-anak muda terhindar dari berbagai masalah. Di akhir tahun 1940-an, membagikan treats ditetapkan sebagai trik alternatif.
Satu perusahaan permen menyadari bahwa kegiatan trick-or-treat akan abadi, kemudian mereka mencoa untuk memanfaatkan dan mencari keuntungan dari kegiatan tersebut. Industri permen kemudian memerintahkan penjaga toko untuk mempromosikan permen sebagai hal yang wajib ada pada hari Halloween. Yaaa semacam ketupat di hari Lebaran deh, Ladies.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, anak-anak biasanya berharap mendapatkan kacang, koin, atau mainan dari rumah-rumah tertentu. Apabila anak-anak mendapatkan permen, biasanya permen tersebut adalah permen buatan rumah. Namun, seiring meningkatnya popularitas trick-or-treat, faktor ekonomis, dan kemudahan akses terhadap permen membuatnya menjadi item yang populer diberikan. Para ibu bekerja sangat menyukai permen sebagai bentuk treats karena mudah didapat, sudah dikemas, dan juga bisa dibeli banyak sekaligus. Akhirnya di tahun 1970-an, permen menguasai hari Halloween.
Keinginan Ngemil Permen karena Bawaan Cuaca Dingin
Selain faktor industri permen dan para orang tua, diyakini ada satu alasan lain yang membuat permen begitu populer. Teori lain mengungkapkan bahwa permen memiliki signifikansi antropologis.
Menurut sejarawan permen Beth Kimmerle, keinginan makan pernah di musim gugur sesungguhnya didorong oleh insting jiwa manusia. Di masa lampau, saat masyarakat harus mengawetkan makanan mereka dengan gula dan madu semasa musim dingin, karamel adalah bagian penting dari panganan musim gugur.
Baca juga: Mulai dari Kucing Sampai Bola Mata, Ini Koleksi Halloween dari Lush
Namun, terlepas dari apakah permen merupakan desakan insting manusia dalam merespon cuaca dingin atau bukan, permen sudah menjadi tradisi penting dan mendalam di musim gugur. Saat ini, gula dan Halloween pada dasarnya adalah paket yang tidak bisa dipisahkan. Tahun ini pun sudah dapat diprediksikan bahwa orang-orang Amerika akan menghabiskan banyak uang untuk membeli permen Halloween.
Sumber: The Kitchn, Foto: stuttgartcitizen.com