Ulee Balang merupakan nama pakaian adat Aceh yang digunakan untuk berbagai kegiatan tertentu terbagi menjadi dua macam yaitu laki-laki dan perempuan. Di mana kostum tersebut mempunyai makna dan filosofi yang mendalam.
Untuk perempuan sendiri, baju tradisional tersebut dinamakan Daro Baro. Berbeda dengan linto baro yang didominasi oleh warna hitam untuk baju tradisional ini didominasi warna-warna cerah seperti merah kuning hijau ungu.
Elemen Pakaian Adat Aceh Daro Baro
Untuk atasan pakaian tradisional ini dinamakan baju kurung bahan dasarnya adalah Sutra yang ditenun dan disulam menggunakan berbagai motif yang indah dan terbuat dari emas.
Tidak jauh berbeda dengan yang laki-laki baju kurung sendiri merupakan perpaduan budaya dari Melayu Islam Cina. Hal tersebut bisa dilihat dari penggunaan kerah baju, kalau diperhatikan hampir mirip dengan pakaian wanita yang ada di Cina, bentuknya sendiri seperti gaun panjang yang digunakan sampai dengan pinggul.
Penggunaan baju kurung ini sendiri berfungsi sebagai penutup tubuh, sehingga lekukan yang terlihat bisa tertutup dengan sempurna. Bagian bawahnya hampir sama dengan Linto Baro yaitu menggunakan celana cekak musang, untuk bahan serta bentuknya hampir sama, perbedaannya hanya pada warnanya saja bukan hitam tetapi lebih beragam dan disesuaikan dengan atasan.
1. Sarung
Pakaian adat Aceh untuk perempuan ini juga menggunakan sarung yang berfungsi untuk menutup area pinggul agar bentuk lekuk tubuhnya tidak terlihat sama sekali. Penggunaannya pada bagian lapisan luar celana.
Sarung tersebut merupakan kain songket yang diikat menggunakan ikat pinggang dengan bahan dasar perak atau emas. Nantinya ditempatkan di pinggang sampai bawah lutut, nama ikat tersebut adalah Taloe Kiieng Patah Sikureung.
2. Patam Dhoe
Penutup aurat pada wanita di pakaian tradisional ini juga menggunakan Patam Dhoe. Merupakan penutup kepala yang berbentuk mahkota, didesain khusus untuk menutup aurat di bagian kepala sebelum menggunakannya biasanya para perempuan akan menggunakan hijab terlebih dulu.
Bagian tengahnya tertulis lafaz Allah dan nabi Muhammad. Bukan hanya itu saja, pada lafaz tersebut dikelilingi dengan motif bunga serta bulatan-bulatan kecil. Kombinasi semuanya ini menurut masyarakat Aceh disebut dengan bungoh. Kalimah mahkota tersebut digunakan sebagai tanda bahwa seorang wanita yang mengenakannya maka dia sudah sudah menikah, suaminya memiliki tanggung jawab atas dirinya.
3. Perhiasan
Pakaian adat Aceh selanjutnya setiap wanita wajib menggunakan perhiasan yaitu bros yang disematkan pada daun, namanya adalah keureusang. Perhiasaan ini merupakan salah satu barang mewah karena terbuat dari emas biasanya dihiasi dengan intan serta berlian jumlahnya mencapai 102 butir.
Panjang ukurannya kurang lebih 10 cm dan lebar 7,5 cm. Selain keureusang para pengantin perempuan juga akan menggunakan piring Dhoe, bentuknya seperti mahkota yang mempunyai tiga bagian di mana masing-masingnya dihubungkan dengan engsel.
Berikutnya adalah untai peniti terbuat dari emas dan motifnya seperti kain tenun yaitu kuncup bunga atau berpola Pakis. Ada lagi, Subang Aceh yaitu anting-anting dengan hiasan permata yang memiliki diameter 6 cm dan bentuknya seperti bunga matahari dengan kelopak sedikit.
Selanjutnya Culok Ok adalah perhiasan wanita yang dikenakan di pakaian adat Aceh. Berbentuk Tusuk Konde, fungsinya untuk menguatkan bagian sanggul agar tidak jatuh. Biasanya memasukkannya melalui samping sanggul mempunyai empat Jenis yang berbeda yaitu bunga tanjung, melingkar bintang pecah atau kelopak bunga.
Perhiasan lainnya adalah simplah, bahan pembuatannya dari emas atau perak sepuh emas dikenakan pada bagian dada terdiri dari 24 lempengan. Di mana bentuknya segi enam dan dua buah lempengan berbentuk segi delapan. Masing-masing pada lempengan tersebut ditambah hiasan bermotif daun serta bunga agar lempengan tersebut terhubung satu sama lain, menggunakan untaian rantai yang juga terbuat dari emas.
Pakaian adat Aceh Daro baro menyiratkan bahwa seorang perempuan adalah harta terbaik yang dimiliki oleh laki-laki. Maka dari itu, saat mengenakan pakaian tradisional mereka wajib menggunakan berbagai perhiasan yang sudah dipersiapkan sejak awal.