Museum Tsunami Aceh merupakan kawasan bersejarah yang sengaja dibangun agar semua orang dapat mengingat bagaimana ganasnya bencana alam tersebut. Tsunami Aceh pada Desember 2004 tersebut menelan 227 ribu jiwa serta menyebabkan kerusakan parah.
Objek wisata yang menjadi tempat wajib bagi wisatawan yang harus dikunjungi ini diresmikan pada tahun 2008. Mempunyai berbagai keunikan seperti, keindahan desain interior serta eksteriornya. Ada pula tembok berkelok dengan berbagai relief geometric.
Tidak heran bila bekunjung ke sini pasti membutuhkan waktu cukup lama. Karena, hampir setiap tempatnya memiliki ciri khas yang cocok dijadikan sebagai kawasan foto-foto. Bahkan, ada satu ruang khusus, ketika kamu masuk pasti bisa merasakan bagaimana kesedihan serta kepedihannya.
Tempat itu berupa lorong dengan tinggi 30 meter sedikit sempit dan gelap, terdapat pula dinding air kurang lebih 22 meter. Terdengar suara teriakan hingga percikan air, harus diakui suasana seperti ini sangat mirip dengan keadaan waktu itu, benar-benar mencekam dan mengerikan.
Ruangan Museum Tsunami Aceh
Objek wisata ini terdiri dari dua lantai, untuk dasarnya kamu akan disuguhkan dengan edukasi mengenai gelombang tsunami, mulai dari pra, kejadian, sampai pasca. Hadir pula diorama sampai dengan foto-foto.
Bahkan, pengunjung juga bisa melihat siapa saja korban sampai orang yang selamat dari terjangan gelombang laut tersebut. Semua catatan itu dilakukan pada ruangan sumur doa serta kenangan.
Naik ke lantai atas Museum Tsunami Aceh pengunjung dapat melihat sebuah jembatan di lantai satu serta area kolam di tengahnya. Terlihat pula sebuah prasasti dimana, tercatat semua negara yang pernah membantu Indonesia.
Ruangan lainnya adalah perpustakaan, alat peraga, terdiri dari rancangan bangunan tahan gempa, model diagram, sampah patahan bumi 4D, hingga toko berbagai macam souvenir. Kamu dapat membelinya dengan harga cukup terjangkau.
Makna dan filosofi bangunan
Museum Tsunami Aceh dibangun oleh arsitek lokal berprestasi yaitu Ridwan Kamil. Waktu itu, mantan wali kota Bandung tersebut, memenangkan sayembara yang diadakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh.
Jika dilihat dari atas, interiornya sendiri hampir mirip dengan sebuah gelombang yang dipadukan dengan rumah adat dari Aceh. Menurut beliau tajuknya berupa Rumoh Aceh Escape Hill, harus diakui kalau dilihat dari kejauhan sangat mengesankan.
Desain tersebut bukan hanya digunakan sebagai kawasan wisata saja, melainkan bisa juga dipakai untuk penyelamatan dari berbagai bencana alam. Sebagai salah satu tempat evakuasi, bagian atasnya sengaja dibuat terbuka.
Ada penambahan berbagai tanaman, harapannya adalah saat terjadi tsunami kembali. Seluruh masyarakatnya bisa datang dan berkumpul di atap gedung tersebut. Menarik sekali bukan, makna dan filosofi tersebut.
Lokasi, harga tiket, dan jam operasional
Museum Tsunami Aceh terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Sukarami. Lokasinya sendiri tidak jauh dari masjid Baiturrahman. Kurang lebih jaraknya hanya 11 menit saja, jadi kamu bisa naik ojek online atau kendaraan pribadi.
Jam operasional kawasan ini buka pukul 9 pagi sampai 4 sore. Waktu terbaik berkunjung sama saja, karena lokasinya tertutup, hanya saja jangan musim liburan. Biasanya penuh oleh wisatawan.
Harga tiketnya sendiri terjangkau yaitu Rp3.000 saja, bagi pelajar akan dikenakan Rp2.000. Fasilitas lain dari kawasan ini adalah toilet, ruang foodcourt, hingga area mushola yang bagus dan nyaman digunakan untuk beribadah.
Harus diakui masuk ke museum ini memang menyenangkan, hanya saja kamu harus mempersiapkan diri jika masuk ke dalamnya. Lorong untuk mengenang kejadian bencana alam tersebut membuat kamu merasa miris dan ingin menangis.
Tetapi, selebihnya objek wisata ini sangat cantik. Ornamen khas Aceh sangat kental disini, sehingga cocok dijadikan sebagai salah satu background dan masuk ke media sosial. Tinggal sesuaikan saja outfitnya.
Museum Tsunami Aceh merupakan catatan sejarah dari sebuah bencana besar yang pernah melanda kawasan tersebut. Banyak orang kehilangan, ketakutan, dan menangis sehingga mengunjunginya adalah tempat terbaik sebagai upaya untuk mengucapkan rasa syukur, sekaligus memberikan tribut bagi mereka yang sudah berpulang. Sudah siap berkunjung ke tempat ini?