today-is-a-good-day
OUR NETWORK

Terungkap, Sindrom Patah Hati Meningkat Selama Masa Pandemi

Seiring dengan tekanan emosional yang meningkat tajam selama masa pandemi, para peneliti sepakat bahwa kondisi ini berdampak buruk pada kesehatan jantung masyarakat. Dari mulai kecemasan terkait dengan isu kesehatan di masa pandemi dan juga kesulitan ekonomi. Ditambah juga oleh kemarahan dan kesedihan terkait dengan kasus pembunuhan oleh polisi rasis, tingkat stress masyarakat telah melonjak selama beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Jantung Sejak Muda

Bersama dengan cabin fever (perasaan negatif akibat terlalu lama terisolasi di rumah atau tempat tertentu), para ahli medis menemukan peningkatan sindrom patah hati selama masa karantina. Dikenal pula dengan stres kardiomiopiati atau kardiomiopiati Takotsubo, gejala sindrom patah hati bisa terasa seperti serangan jantung.

Terungkap, Sindrom Patah Hati Meningkat Selama Masa Pandemi
Foto: businessmirror.com.ph

Ditandai dengan tubuh yang berkeringat, jantung berdebar, dan nyeri dada. Bedanya, sindrom patah hati tidak membunuh sel jantung seperti halnya serangan jantung. Sebagai gantinya, menurut Johsn Hopkins Medical, dokter percaya bahwa lonjakan hormon stres, seperti aderanalin, menyengat jantung penderita secara temporal.

Terungkap, Sindrom Patah Hati Meningkat Selama Masa Pandemi
Foto: uihc.org

Stres kardiomiopiati jarang berakibat fatal, tetapi kondisi ini masih merupakan masalah besar. Dan pandemi bahkan bisa membuat sindrom ini menjadi kasus umum.

Menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open, tingkat sindrom patah hati di antara pasien dengan kondisi jantung meningkat menjadi 7,8%. Padahal sebelum pandemi, kasus ini hanya berjumlah 1,7% saja. Angka ini didapat dari sekitar 2.000 pasien yang diteliti pada masa sebelum dan sesudah pandemi. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pegawai atau pasien rumah sakit mengalami stres kardiomiopati yang berlangsung lebih lama dari masa sebelum pandemi. Akan tetapi, tingkat kematian akibat sindrom patah hati ini belum meningkat dan tidak satupun subjek yang diteliti positif menderita Covid-19.

Baca juga: Jaga Kesehatan Jantung dengan Asupan 6 Makanan Ini

Dengan pengobatan, sebagian besar penderita dapat pulih dari stres kardiomiopiati ini. Namun, mencegah kerusakan pada jantung selama masa pandemi ini bisa jadi cukup sulit. Menurut The American College of Cardiology, tekanan finansial, trauma fisik, kekerasan, kesedihan, dan bentuk tekanan ekstrem lain sangat mungkin memicu stres kardiomiopiati. Inilah sebabnya, mengelola kesehatan mental sangatlah penting untuk mencegah kerusakan jantung. Meskipun memang ya, Ladies, ada berbagai peristiwa di luar kendali manusia, terutama di masa pandemi ini. Jika Ladies memiliki masalah jantung atau diabetes, sebaiknya Ladies waspada terhadap kesejahteraan emosional agar sistem kardiovaskularmu tidak kewalahan. Berkonsultasilah dengan ahli kesehatan mental dan jantung, juga susunlah rencana perawatan diri yang komprehensif dan berkelanjutan agar jantungmu senantiasa baik-baik saja di masa pandemi ini.

 

 

Sumber: Bustle

Must Read

Related Articles