Ladies pasti pernah dong mendengar nama stevia? Bukan, ini bukan judul lagu band legendaris Sheila on 7 itu, tapi pemanis alternatif gula itu lohhh. Stevia adalah salah satu alternatif gula yang terus meroket popularitasnya di saat pemanis non gula lainnya berguguran. Hmm memangnya stevia ini didapat dari mana sih? Apakah memiliki efek samping, dan apakah stevia ini benar-benar aman?
Stevia sesungguhnya masuk pertama kali ke Indonesia di tahun 1977. Sayangnya saat itu rasa stevia masih memiliki cacat, yaitu terdapat rasa langu dan sepet. Alhasil popularitasnya pun menurun, apalagi di Indonesia banyak terdapat pabrik gula pasir. Seiring perkembangan waktu dan meningkatnya penyakit diabetes, pamor stevia naik kembali. Selain itu, rasa stevia pun kini mulai mendekati rasa gula asli.
Stevia diklaim sebagai pengganti gula “alami” dengan nol kalori yang rasanya 300 kali lebih manis dari gula. Wow! Para ahli kesehatan berharap stevia dapat membantu upaya penurunan berat badan tanpa mengorbankan rasa dan akan berperan dalam penanganan diabetes.
Apa itu stevia?
Stevia adalah tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman pengganti gula ini dikenal sebagai rebaudioside A, reb-A, atau rebian. Tanaman ini mengandung steviol glikosida, yang digunakan sebagai pemanis. Di Indonesia, sudah cukup banyak loh brand-brand yang menjual gula stevia. Apakah kamu pernah mencobanya Ladies?
Apakah stevia aman?
Stevia dianggap sebagai bahan “umumnya diakui sebagai aman (GRAS)” oleh Food and Drugs Administration (FDA). FDA ini bisa dibilang BPOM-nya Amerika Serikat ya, Ladies. Namun aturan ini ini tidak berlaku untuk daun stevia dan ekstrak stevia mentah, yang tidak memiliki persetujuan FDA untuk digunakan dalam makanan.
Ada beberapa kekhawatiran awal bahwa stevia dapat meningkatkan risiko kanker atau masalah reproduksi berdasarkan penelitian pada hewan; kelompok pengawas Center for Science in the Public Interest (CSPI) memimpin tuntutan yang menyerukan FDA untuk menahan status GRAS. Akan tetapi, setelah lebih dari 10 tahun beredar di pasaran, stevia aman bahkan menurut standar IHSG, meskipun grup tersebut masih menginginkan lebih banyak pengujian untuk lebih memastikan keamanannya.
Stevia: Menjelajahi potensi manfaat kesehatan
Mengontrol kadar gula darah adalah kunci pada perawatan penyakit manajemen diabetes, dan beberapa makanan memiliki efek yang lebih dramatis dalam hal ini daripada yang lain.
Stevia tidak menaikkan gula darah, jelas Leah Kaufman, MS, ahli gizi terdaftar dan pendidik diabetes bersertifikat dalam program manajemen berat badan di NYU Langone di New York City. “Stevia akan menjadi alternatif gula yang baik dan aman bagi pasien diabetes,” katanya.
Bahkan ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa stevia mungkin memiliki manfaat lebih banyak dari yang kita kira.
Dalam sebuah studi tahun 2017 di Nature Communications, para peneliti di University of Leuven di Belgia menunjukkan bahwa stevia merangsang protein yang penting untuk persepsi rasa dan terlibat dalam pelepasan insulin setelah makan. Hormon insulin diproduksi oleh pankreas untuk mengatur gula darah.
American Diabetes Association dan American Heart Association setuju bahwa stevia dapat bermanfaat bagi penderita diabetes jika mereka menggunakannya dalam jumlah sedang dan tidak mengimbanginya dengan mengonsumsi kalori ekstra di lain waktu. European Food Safe Authority dan Joint Food and Agriculture Organization/World Health Organization Expert Committee on Food Additives menetapkan kisaran asupan harian stevia yang dapat diterima tidak lebih dari 12 mg setiap hari, yang setara dengan 40 paket untuk orang seberat kurang lebih 70 kg, Leah Kaufman menjelaskan.
Stevia adalah pengganti yang baik untuk sukrosa kalori biasa karena memiliki nol kalori. “Mereka yang memilih untuk mengganti gula dengan stevia dapat mengambil manfaat dari alternatif ini; namun, penurunan berat badan tidak dijamin,” pungkas Leah Kaufman.
Faktanya, setidaknya satu studi kecil tahun 2016 menunjukkan bahwa ketika peserta minum minuman manis dengan stevia sebagai pengganti gula di pagi hari, mereka mengimbanginya dengan makan lebih banyak saat makan siang.
Yup, Ladies akan mengkonsumsi lebih sedikit kalori jika Anda menggunakan stevia daripada gula, kata David Levitsky, PhD, profesor, divisi ilmu gizi di Cornell University.
“Secara teoritis, kebiasaan ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dari waktu ke waktu, tetapi ini sangat sulit ditunjukkan dalam penelitian,” kata David Levitsky. “Untuk menurunkan berat badan, ini adalah salah satu mekanisme yang digunakan, tetapi itu tidak akan membuat Anda kehilangan 45 kg. Mengurangi lemak, memantau ukuran porsi, dan makan hanya saat Anda lapar, jauh lebih efektif untuk menurunkan berat badan daripada mengganti stevia dengan gula..”
Seperti apa rasanya stevia?
Apakah rasanya seperti gula? Tidak persis, ia mencatat. “Anda tidak akan pernah mendapatkan pengganti gula yang rasanya persis seperti gula.” tegas David Levitsky.
Karena rasanya sangat manis, stevia tidak perlu digunakan dalam jumlah yang banyak. Stevia sering dicampur dengan bahan “carrier” seperti erythritol (alkohol gula) atau dekstrosa (yang merupakan gula dari jagung), yang juga membuatnya terlihat dan terasa seperti gula.
Pastikan agar Ladies selalu membaca label bahan stevia sebelum mengonsumsinya ya!
Sumber: thehealthy.com