Apakah kamu punya kebiasaan mengatupkan rahang serta menggertakkan gigi, Ladies? Banyak orang yang baik sadar maupun tak sadar sering menggertakkan giginya juga di saat tidur. Apakah ini berbahaya? Apakah penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?
Menurut istilah medisnya, menggertakkan gigi sewaktu tidur disebut bruxism dan dianggap sebagai salah satu gangguan saat tidur. Umumnya, orang yang mengalami bruxism juga menderita sleep apnea dan mengorok.
Akibat Stress dan Otot Terlampau Aktif
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, stres telah menerpa hidup kebanyakan orang tanpa kecuali. Dan pasalnya, stres jugalah yang menjadi penyebab dari kebiasaan menggertakkan gigi dan mengatup rahang ini.
Selain stres, tekanan hidup dan gangguan kecemasan dapat menyebabkan otot terlalu aktif sehingga gigitan menjadi tak stabil dan menyebabkan seseorang menderita bruxism. Lantas adakah cara untuk mengobatinya?
Cara Aman Mengobati Bruxism
Karena hal ini dilakukan orang secara tidak sadar, maka penderita bisa mencoba self-hypnosis dan psikoterapi. Akan lebih efektif lagi jika kamu bisa mengentaskan masalah sesungguhnya yang menjadi penyebab stress atau kegugupanmu.
Serupa seperti mereka yang punya kebiasaan menggigit kuku saat gugup, kondisi bruxism ini tentunya tak bisa diubah dengan instan. Ini dikarenakan bruxism berkaitan dengan karakter, pribadi dan temperamenmu, Ladies.
Jadi jika misal kamu seorang yang cenderung pencemas dan gugup setiap berkonsentrasi, maka perlu mengubah kebiasaan tersebut dari alam bawah sadarmu. Lakukan terapi dan meditasi jika bruxism memang disebabkan oleh stres.
Baca juga: Albea dan Colgate Merilis Tutup Pasta Gigi Pertama yang Bisa Didaur Ulang
Meski demikian, kamu bisa mencoba minum susu sebelum tidur untuk membantu otot lebih rileks. Relaksasi atau pelemasan otot juga bisa didapatkan melalui terapi fisik, termasuk mengompres bagian sekitar rahang dengan air hangat.
Lebih lanjut lagi, coba gunakan behel, crown gigi, atau mouth guard agar gigi lebih rapi, rata dan terhindar dari keausan. Kamu juga bisa lakukan terapi biofeedback untuk mengendalikan aktivitas pada rahang, terapi perilaku atau kognitif, hingga suntik botox sebagai opsi akhirnya.
Yang penting, hindari ketegangan agar bruxism tak terjadi. Karena sering menggertakkan rahang dan gigi bisa menyebabkan sakit kepala, rusaknya dagu dan gigi, sakit di bagian wajah, serta kelainan pada otot temporomandibular.
Sumber: Allure.com