Free Porn
xbporn

https://www.bangspankxxx.com
OUR NETWORK

Mengenal Personalised Medicine dalam Penanganan Kanker Kolorektal

Terapi untuk kanker saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam diagnosis maupun pengobatan. Termasuk dalam penanganan kanker kolorektal (KKR). Di Indonesia, menurut data dari Globocan 2021, insiden kanker kolorektal sebesar 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker. Saat ini, kanker kolorektal di Indonesia menempati urutan nomor tiga.

Selain kemoterapi dan imunoterapi, personalised medicine juga dikembangkan demi memberi ketahan hidup lebih panjang bagi pasien kanker kolorektal yang bermetastasis.

Seperti juga faktor penyebab kanker pada umumnya, Ladies, sekitar 70% kasus KKR dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gaya hidup seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol. Sekitar 25% dari kasus KKR memiliki kecenderungan genetik, dan 5% dari pasien KKR memiliki faktor keturunan yang terkait dengan perkembangannya.

Baca juga: Deteksi Dini Potensi Kanker Payudara dengan Tiga Langkah Ini

Gejala kanker kolorektar seringnya dirasakan oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh. Jenis gejalanya juga berbeda-beda, tergantung ukuran dan lokasi tumbuhnya kanker. Namun, umumnya, gejala yang dapat timbul adalah:

  • Diare atau konstipasi
  • Buang air besar yang tidak tuntas
  • Darah pada tinja
  • Mual
  • Muntah
  • Perut terasa nyeri, kram, atau kembung
  • Tubuh mudah lelah
  • Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.

Kanker kolorektal adalah jenis kanker ketiga paling banyak pada laki-laki dan jenis kanker dua paling banyak pada wanita. Lebih dari 86% pasien yang didiagnosis berusia kurang dari 50 tahun dan asimptomatik.

Dengan berkembangnya teknologi, penanganan berbagai penyakit termasuk untuk kanker kolorektal juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya dengan personalised medicine.
Dr.dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP, Konsultan Hematologi Onkologi Medik FKUI-RSCM 2

Dalam Virtual Media Briefing Selasa (26/1) pagi, Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP, Konsultan Hematologi Onkologi Medik FKUI-RSCM memberikan pemaparannya. Menurutnya, pengobatan kanker kolorektal dapat dibagi menjadi 3 klasifikasi pengobatan, yaitu pengobatan pada kondisi lokal (awal), lokal lanjut (menengah) yang memerlukan tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan kemoterapi tambahan atau radioterapi. Sedangan pada kondisi metastasis (lanjut), pendekatan melalui tindakan kemoterapi sebagai pengobatan utama. Pada kondisi lanjuta, operasi hanya dilakukan jika penyebaran kanker di satu lokasi, tidak banyak, dan beukuran kecil, serta dapat dioperasi. Atau hanya untuk membuat kantong penampung feses di sekitar perut.

“Pasien kanker kolorektal yang sudah bermetastasis jauh semestinya mendapatkan pengobatan dalam rangka paliatif dan memperpanjang ketahanan hidup yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia kedokteran berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan berbagai obat yang dapat mencapai tujuan tersebut.”

Lebih jauh, dr. Ikhwan juga menjelaskan mengenai terapi target dan imunoterapi, yang merupakan teknologi terbaru dan terupdate untuk kanker.

Imunoterapi diberikan pada kanker-kanker yang memiliki antigenisitas tinggi dan dapat menjadi pilihan bagi pasien dengan performa yang kurang baik dan tidak bisa menerima kemoterapi.

Personalised medicine sendiri merupakan suatu konsep yang didasari dengan mempelajari genotipe pasien sehingga pasien mendapatkan terapi atau obat yang tepat untuk penyakitnya. Landasan dari personalised medicine adalah biomaker yang dikembangkan berdasarkan variasi genetik. Setelah dilakukan uji genetik, dokter dapat menentukan pengobatan yang cocok untuk masing-masing pasien. Personalised medicine bertujuan untuk menentukan teknik diagnosis yang tepat dan akurat, sehingga hasil pengobatan dan keamanan pasien dapat ditingkatkan. Dan yang paling penting adalah cost effective untuk treatment, dosis, dan waktu yang tepat.

Must Read

Related Articles