Gula adalah salah satu bahan yang mendapatkan banyak hujatan dan kecaman. Namun perlu kamu ketahui bahwa gula dalam jumlah sedang sebetulnya tidak berbahaya. Pakar kesehatan merekomendasikan pria tidak boleh mengonsumsi lebih dari 9 sendok teh per hari, dan wanita harus membatasi asupan hariannya hingga 6 sendok teh. Namun, seringkali jumlah gula yang dikonsumsi orang-orang jauh daripada itu.
Gula tidak memberikan nilai gizi, tetapi menyediakan 4 kalori per gram. Terdapat sekitar 272 kalori dalam 17 sendok teh, yang berarti lebih dari 10% kalori yang dibutuhkan rata-rata orang dalam sehari.
Masalah dengan terlalu banyak gula adalah gula akan menggantikan makanan sehat atau dikonsumsi bersama makanan lain, sehingga membuatmu melebihi keseimbangan kalori. Gula juga memiliki efek berbahaya lainnya. Ini meningkatkan tekanan darah, mengikis gigi, menghambat kontrol glikemik, menyebabkan peradangan, dan banyak lagi. Asupan gula berlebih telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi kesehatan kronis, termasuk kanker dan penyakit jantung.
Beberapa orang memutuskan untuk berhenti mengonsumsi gula dan menghentikan kebiasaan mengonsumsi gula sama sekali. Hal ini merupakan tantangan untuk dilakukan, dan tidak akan berhasil untuk semua orang. Namun, ketika kamu membatasi asupan gula, kamu akan meraih berbagai manfaat termasuk mengurangi risiko penyakit serius.
Simak ulasan lengkap mengenai apa saja yang akan kamu alami jika menghentikan konsumsi gula di bawah ini, Ladies!
1. Penurunan berat badan
Meskipun penurunan berat badan lebih rumit dari sekedar mengurangi kalori, menurunkan asupan energi adalah bagian penting dari strategi ini. Kalori ekstra yang kamu konsumsi, yang tidak segera dibutuhkan tubuh untuk energi, akan disimpan sebagai lemak. Seiring waktu, tubuhmu menyimpan lebih banyak lemak, menyebabkan penambahan berat badan, kelebihan berat badan, dan obesitas.
Gula menyumbang kalori tetapi tidak memberi nutrisi. Makan banyak gula tidak memberikan rasa kenyang. Gula tidak memuaskan nafsu makanmu, jadi kamu terus makan lebih banyak. Itu sebabnya kalori gula disebut kalori “kosong”.
Namun, bukan hanya kelebihan kalori yang berkontribusi terhadap penambahan berat badan. Peradangan sistemik, kontrol glikemik yang buruk, peningkatan kelelahan, kurang tidur, suasana hati yang buruk, dan banyak hal lainnya juga dapat memengaruhi bertambahnya berat badan dan seberapa mudah atau sulitnya menurunkannya.
2. Menurunkan risiko diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup atau tidak menggunakan insulin, suatu hormon yang mengatur kadar glukosa darah, dengan benar, atau seringkali merupakan kombinasi keduanya.
Hubungan antara konsumsi gula dan diabetes tipe 2 masih belum jelas. Belum dipahami dengan baik apakah asupan gula secara langsung memengaruhi cara tubuhmu memproduksi dan menggunakan insulin atau berkontribusi terhadap tingginya kadar gula darah. Yang jelas asupan gula tinggi berkontribusi terhadap obesitas, yang berdampak kuat pada perkembangan diabetes tipe 2.
Salah satu faktornya mungkin karena gula dimetabolisme oleh hati dengan cara yang mirip dengan alkohol. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyebabkan penyakit hati berlemak, yang berkontribusi terhadap diabetes tipe 2.
Minuman yang dimaniskan dengan gula adalah penyebab utamanya, dan para peneliti telah menemukan hubungan langsung antara konsumsi minuman yang dimaniskan dengan gula dan diabetes tipe 2, seperti yang dilansir Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Orang yang biasa mengonsumsi minuman manis, seperti satu atau dua kaleng soda setiap hari, memiliki risiko 26% lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi minuman manis. Orang-orang keturunan Asia dan remaja mempunyai risiko yang lebih besar lagi. Dalam Nurses’ Health Study, perawat yang minum setidaknya satu porsi minuman manis setiap hari memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena diabetes tipe 2.
3. Peningkatan kesehatan jantung
Para ilmuwan telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa asupan gula berlebih berkontribusi terhadap penyakit jantung. Dalam sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine, peserta yang asupan gulanya mencakup 10 hingga 25% kalori mereka memiliki risiko 30% lebih besar untuk meninggal akibat penyakit jantung. Risiko tersebut meningkat tiga kali lipat pada orang yang mengonsumsi lebih dari 30% kalorinya dari gula.
Hubungan antara tambahan gula dan penyakit jantung belum dipahami dengan baik. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi lebih banyak gula tambahan cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori secara keseluruhan dan memiliki pola makan berkualitas lebih rendah. Hal ini meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2, yang kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan gula yang tinggi mungkin berhubungan dengan tekanan darah tinggi, terlepas dari berat badan.
Konsumsi gula tambahan secara teratur juga dikaitkan dengan perlemakan hati, tingginya kadar low-density lipoprotein (LDL), kolesterol ‘jahat’, dan rendahnya kadar high-density lipoprotein (HDL), kolesterol ‘baik’.
Lebih banyak penelitian mengaitkan konsumsi minuman manis dengan peradangan sistemik, yang berperan besar dalam perkembangan penyakit jantung. Dan mungkin ada komponen genetik yang membuat beberapa orang cenderung mengalami peningkatan lemak hati ketika mereka mengonsumsi banyak gula, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung.
4. Kesehatan mental yang lebih baik
Penyakit mental banyak terjadi di kalangan orang dewasa, dan satu dari lima orang mengalami beberapa bentuk penyakit mental selama hidup mereka. Ada banyak penyebab penyakit mental, namun pola makan mungkin berperan dalam memperburuk gangguan.
Dalam sebuah studi di Scientific Reports pada tahun 2017, pria yang mengonsumsi gula tambahan dalam jumlah tinggi memiliki peningkatan risiko terkena gangguan mental sebesar 23%. Para peneliti masih belum memahami secara pasti bagaimana asupan gula berkorelasi dengan kesehatan mental.
Salah satu teori menyatakan bahwa fluktuasi gula darah yang disebabkan oleh konsumsi gula dapat memperburuk gangguan mood. Ketika gula darah turun, hal itu dapat menyebabkan suasana hati menjadi buruk. Gula darah rendah juga bisa memperburuk kecemasan.
Kecanduan gula juga patut disalahkan. Penelitian telah memvalidasi bahwa perubahan neurokimia di otak setelah mengonsumsi gula tambahan berlebih sangat mirip dengan perubahan yang terjadi akibat konsumsi alkohol atau penggunaan morfin. Dalam studi tahun 2008 yang diterbitkan dalam Physiology & Behavior, tikus yang diberi sukrosa dalam jumlah tinggi dan kemudian dipuasakan selama beberapa waktu menunjukkan tanda-tanda penarikan diri dan disertai kecemasan.
Salah satu cara terbaik untuk melindungi kesehatan mentalmu adalah dengan mengonsumsi makanan sehat yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran segar, protein tanpa lemak, dan biji-bijian, serta membatasi asupan gula tambahan pada makanan sesekali. Dikombinasikan dengan olahraga teratur, hal ini terbukti sama efektifnya, bahkan lebih efektif, dibandingkan pengobatan depresi dan kecemasan ringan hingga sedang.
Dampak positif apa lagi yang kamu rasakan saat berhenti mengonsumsi gula, Ladies? Nantikan ulasan selanjutnya hanya di MeraMuda!
Sumber: healthdigest.com