Sebagai penduduk negara tropis, menghadapi nyamuk adalah perjuangan sehari-harimu, Ladies. Hampir setiap hari, kamu rentan terhadap gigitan nyamuk. Namun, pernahkah kamu menyadari ada orang yang lebih sering digigit nyamuk dibandingkan dengan yang lain?
Para ahli di WebMD menjelaskan bahwa hembusan karbon dioksida adalah salah satu faktor yang berperan dalam hal ini. Oleh karena itu, siapapun yang mengambil napas lebih banyak akan berpotensi lebih banyak menarik nyamuk. Beberapa kalangan yang berisiko tersebut antara lain, pelaku olahraga indoor juga wanita hamil. Selain hembusan karbon dioksida, gerakan, panas, serta kadar asam urat, kolesterol, atau steroid yang lebih tinggi pada kulit juga dapat menarik perhatian nyamuk.
Ladies pasti tahu dong bahwa menutupi tubuh adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari gigitan nyamuk. Namun ternyata, ada jenis bahan tertentu tidak mampu melawan nyamuk yang lapar.
Jenis kain yang dapat ditembus nyamuk
Semakin tebal kainnya, semakin kecil kemungkinan belalai atau bagian mulutnya nyamuk betina dapat menembus bahan tersebut hingga ke kulit. Misalnya, denim, beludru, nilon ripstop, dan wol rajutan jauh lebih sulit ditembus nyamuk, menurut Healthline.
Sebaliknya, kain kasa, voile, atau spandeks merupakan penghalang yang buruk terhadap gigitan nyamuk. Spandex, khususnya, menempel erat pada kulit kita, memberikan akses mudah ke permukaan kulit. Untungnya, ada jalan tengah. Campuran poliester, katun berbobot sedang, dan katun sutra memberikan perlindungan moderat terhadap nyamuk yang haus darah.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pakaian yang mengandung insektisida, khususnya permetrin, dapat membantu mengusir nyamuk. Meskipun penelitian sebelumnya menemukan bahwa pakaian ini efektif dalam jangka pendek, para peneliti dari penelitian tahun 2015 yang diterbitkan dalam The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menemukan bahwa pakaian seragam yang mengandung permethrin dan tahan lama memberikan perlindungan yang signifikan bagi pekerja di luar ruangan terhadap gigitan nyamuk. jangka panjang selama satu tahun.
Namun, dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai paparan pestisida di kalangan masyarakat, para peneliti telah berupaya mengembangkan pilihan pakaian alternatif yang bebas insektisida dan tetap memberikan perlindungan yang memadai terhadap gigitan nyamuk. Tantangan tambahannya adalah memastikan pakaian tersebut tetap nyaman bagi pemakainya.
Bagaimana dengan pakaian bebas insektisida?
Berkat para peneliti dari penelitian tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Insects, pilihan pakaian bebas insektisida mungkin bisa menjadi pilihan. Daripada berfokus pada perawatan kimia, tim peneliti bereksperimen dengan ketebalan kain dan diameter pori-pori. Hal ini mencakup ukuran pori-pori mulai dari yang cukup kecil untuk mencegah ujung labrum nyamuk (bagian mulut yang menusuk) masuk, serta ukuran pori-pori yang lebih besar yang dapat menampung labrum dan kepala nyamuk tetapi tidak dapat menampung antena.
Meskipun pori-pori yang lebih kecil akan mengurangi jumlah bau yang dikeluarkan manusia untuk menarik nyamuk, hal ini juga berarti bahwa pakaian tersebut akan mengurangi sirkulasi udara bagi pemakainya.
Pada akhirnya, tim peneliti mengembangkan kain bebas insektisida yang memiliki kinerja lebih baik dibandingkan kain yang diberi permetrin dalam hal ketahanan terhadap gigitan. Pakaian sampel ini juga terbukti lebih nyaman dibandingkan pakaian serupa yang ada di pasaran dan memberikan perlindungan menyeluruh terhadap gigitan nyamuk.
Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, temuan ini menggambarkan potensi pakaian bebas insektisida yang secara efektif dapat mengurangi risiko gigitan nyamuk.
Sumber: healthdigest.com