Berniat untuk menghentikan konsusmi gula tetapi masih ragu, Ladies? Simak ulasan lengkap di bawah ini mengenai apa saja yang akan kamu alami jika menghentikan konsumsi gula di bawah ini, Ladies!
1. Tingkat energi yang lebih tinggi
Fluktuasi gula darah yang dapat menyebabkan suasana hati rendah juga dapat menyebabkan rendahnya energi. Tepat setelah makan camilan manis, kadar gula darah meningkat, dan kamu mungkin merasakan aliran energi yang dikenal sebagai ‘sugar rush’.
Namun, segera setelah itu, kadar gula darah akan turun drastis, atau ‘jatuh’, sehingga menyebabkan perasaan lesu dan lelah. Sering mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan kamu merasa lelah sepanjang hari, sehingga membuatmu sulit berkonsentrasi, waspada, atau memiliki tenaga untuk berolahraga dan menyelesaikan tugas sehari-hari.
Risiko lain ketika kamu makan banyak makanan manis adalah makanan tersebut menggantikan lebih banyak makanan bergizi yang mengandung nutrisi yang kamu perlukan untuk energi. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan kekurangan vitamin B, vitamin C, zat besi, seng, dan magnesium, yang semuanya berperan dalam produksi energi.
Ketika Ladies kekurangan nutrisi tersebut, kamu mungkin merasakan kelelahan fisik dan mental yang kronis. Konsumsi tambahan gula juga mempengaruhi kualitas tidur. Kurangnya kualitas tidur merupakan penyebab utama kelelahan.
Kamu mungkin berpikir camilan manis akan membuatmu bersemangat sehingga kamu dapat lebih memperhatikan pekerjaan atau memiliki energi untuk berolahraga. Faktanya, hal itu akan berdampak sebaliknya. Mengonsumsi camilan sehat dengan protein dan karbohidrat kompleks adalah cara yang lebih baik untuk memberi bahan bakar pada tubuh dan otakmu.
2. Meningkatkan kesehatan dan penampilan kulit
Apa yang kamu makan memainkan peran utama dalam kesehatan kulit. Mengonsumsi makanan yang sehat akan membantu kulitmu tampil dalam kondisi terbaik, sedangkan mengonsumsi makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai kondisi kulit.
Jika kamu menderita jerawat, mengurangi konsumsi gula bisa membantu. Lonjakan gula darah yang disebabkan oleh konsumsi gula tambahan mendorong peradangan sistemik dan peningkatan produksi sebum, zat berminyak yang diproduksi oleh kulit.
Peradangan dan kelebihan sebum dapat berkontribusi pada perkembangan dan memburuknya jerawat. Beberapa penelitian menemukan bahwa mengikuti diet rendah glisemik–diet yang menjaga kadar gula darah tetap stabil–dapat mengurangi terjadinya dan keparahan jerawat.
Fluktuasi gula darah juga dapat menyebabkan kulit tampak kusam dan merah, serta memicu timbulnya penyakit kulit seperti eksim dan psoriasis. Gula juga dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit.
Kolagen merupakan protein yang mendukung struktur kesehatan kulit, membantunya terlihat kencang dan tetap elastis. Glukosa dapat menyebabkan kolagen terurai dan dapat menghambat produksi kolagen. Asupan gula berlebih dapat menyebabkan garis dan kerutan, munculnya bintik hitam, dan kendur di sekitar leher. Ini juga dapat memperlambat penyembuhan luka.
3. Peningkatan kualitas tidur
Penelitian telah mengonfirmasi bahwa apa yang kamu makan dapat berdampak signifikan terhadap kualitas tidurmu. Jika kamu mengonsumsi banyak gula, kamu mungkin tidak mendapatkan tidur yang dibutuhkan untuk merasakan dan melakukan yang terbaik.
Sebuah studi di jurnal Nutrition pada tahun 2018 menemukan bahwa siswa sekolah menengah yang meminum minuman manis memiliki durasi tidur lebih pendek dibandingkan teman-temannya yang tidak meminumnya. Sementara itu, sebuah penelitian tahun 2016 menemukan bahwa semua makanan manis secara signifikan memengaruhi kualitas dan durasi tidur pada sekelompok mahasiswa.
Ada berbagai macam penyebab efek gula pada tidur. Mengonsumsi gula terlalu dekat dengan waktu tidur dapat menyebabkan lonjakan gula darah sehingga mengakibatkan peningkatan energi sehingga membuat sulit tertidur.
Selain itu, tubuh menggunakan magnesium untuk memproses gula. Itu sebabnya penderita diabetes tipe 2 seringkali kekurangan mineral, dan kadar mineral yang rendah merupakan faktor risiko terkena diabetes. Rendahnya magnesium dan diabetes dikaitkan dengan penurunan kualitas dan durasi tidur.
4. Lebih sedikit mengidam makanan manis
Penelitian belum secara meyakinkan menyatakan gula sebagai zat adiktif, seperti alkohol atau opioid. Namun, gula telah ditemukan memiliki efek yang sama terhadap kimia otak seperti obat-obatan ini. Penelitian pada tikus menemukan bahwa gula dapat menimbulkan ketergantungan, dan gejala penarikan diri dapat menyerupai gejala zat adiktif lainnya.
Jika kamu bergantung pada gula, kamu mungkin mendambakannya sepanjang hari, makan makanan manis secara berlebihan tanpa disengaja, mengonsumsi gula hingga membuat dirimu sakit, dan mengonsumsi makanan manis saat kamu merasa perlu untuk bersemangat, Ladies.
Melanjutkan siklus mengidam dan mengonsumsi akan melatih otakmu untuk selalu mengharapkan gula, dan seperti halnya obat-obatan, kamu mungkin membutuhkan lebih banyak gula dari waktu ke waktu untuk merasa kenyang.
Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika kamu memutus siklus tersebut, kamu dapat melatih kembali otak dan selera untuk mengurangi keinginan akan gula. Dalam sebuah penelitian di The Permanente Journal pada tahun 2015, peserta yang tidak mengonsumsi gula dan pemanis buatan selama dua minggu mengalami perubahan pada selera dan otak mereka sehingga membuat makanan manis yang biasa mereka makan terasa lebih manis atau bahkan terlalu manis. Hampir 90% peserta mengatakan bahwa dalam waktu kurang dari seminggu, keinginan mereka akan makanan manis telah hilang.
5. Peningkatan fungsi kognitif
Kamu mungkin berpikir bahwa camilan manis membuat kamu bersemangat dan merasa lebih waspada dan hal itu mungkin terjadi dalam waktu singkat. Lonjakan gula darah untuk sementara dapat membuatmu merasa lebih energik. Namun, setelah kadar gula darah tinggi, terjadilah penurunan yang akan membuatnya merasa lelah dan berkabut. Camilan bebas gula yang menjaga gula darah tetap stabil kemungkinan besar akan membantu kamu mengisi bahan bakar dan membuatmu berpikir jernih untuk jangka panjang.
Jika kamu terbiasa mengonsumsi terlalu banyak gula, fungsi kognitifmu bisa terganggu dalam jangka panjang. Sebuah studi tahun 2019 dalam Clinical Interventions in Aging menemukan bahwa orang lanjut usia yang mengonsumsi lebih banyak gula memiliki skor lebih rendah pada tes fungsi kognitif.
Dalam sebuah penelitian pada tahun 2021 melalui The Journal of Prevention of Alzheimer’s Disease, asupan minuman manis yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena semua jenis demensia, termasuk Alzheimer. Hal ini juga meningkatkan risiko stroke.
6. Kesehatan mulut yang lebih baik
Kombinasi gula dan bakteri di dalam mulut menciptakan lingkungan asam. Asam ini secara bertahap mengikis lapisan pelindung email, yang menyebabkan gigi berlubang. Air liur dapat melawan beberapa kerusakan ini, tetapi ketika kamu mengonsumsi gula dalam jumlah berlebihan, air liur tidak dapat mengimbanginya.
Penelitian telah menemukan bukti bahwa jumlah gula yang dikonsumsi berhubungan dengan perkembangan gigi berlubang dan asupan gula kurang dari 10% kalori berhubungan dengan lebih sedikit gigi berlubang, menurut Action on Sugar. Mungkin ada manfaat lebih lanjut dari pengurangan asupan gula hingga kurang dari 5% dari total kalori. Gula juga menarik bakteri jahat di mulut, yang dapat menyebabkan penyakit gusi. Hal ini menyebabkan resesi gusi dan erosi jaringan yang menahan gigi dengan aman di mulutmu.
Mengganti camilan manis dengan camilan yang bermanfaat bagi kesehatan mulut dengan bakteri baik dan jahat. Dalam usus yang sehat, jumlah bakteri baik lebih banyak daripada bakteri jahat. Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan bakteri jahat dan menurunkan bakteri baik. Jika ini terjadi, kamu mungkin mengalami kesehatan pencernaan yang buruk, termasuk sindrom iritasi usus besar, yang gejalanya meliputi kram, kembung, dan sakit perut. Penyakit lain, seperti penyakit radang usus dan usus bocor, disebabkan atau diperburuk oleh disbiosis usus.
Sumber: healthdigest.com