Selama ini banyak orang yang mengait-ngaitkan kopi dengan kegembiraan. Ditambah lagi dengan fakta bahwa wilayah Zona Biru serta Finlandia memiliki tingkat konsumsi kopi tertinggi di dunia. Seperti yang mungkin kamu ketahui, Finlandia adalah negara paling bahagia di Bumi. Hmm, benarkah kopi benar-benar bisa membuat seseorang lebih bahagia?
Begini pendapat Maddie Pasquariello, MS, RDN, ahli diet teregistrasi berbasis di Brooklyn dari sudut pandang ilmiah yang didukung fakta nutrisi.
Bisakah kopi benar-benar menyebabkan kebahagiaan?
Janji manis bahwa seseorang akan lebih banyak energi dan produktivitas setelah mengonsumsi secangkir kopi di pagi hari pasti dapat memfasilitasi pola pikir positif. Begitu juga dengan aroma yang menyenangkan dan ritual pembuatan, pemesanan, dan meminumnya. Namun apakah kopi memiliki potensi sebenarnya—secara ilmiah—untuk menghasilkan perasaan bahagia?
“Beberapa penelitian telah menyarankan kemungkinan korelasi antara konsumsi kopi dan risiko depresi yang lebih rendah,” Pasquariello membagikan. “Namun, belum dipelajari dengan baik apakah kopi dapat berkontribusi pada kesejahteraan sehari-hari yang lebih umum, atau secara khusus perasaan bahagia atau optimisme,” lanjutnya.
Faktanya, penelitian terbaru menunjukkan hubungan “sebagian besar nol atau lemah” antara asupan kopi dan kesejahteraan psikologis. Namun, hasilnya masih dari penelitian ini masih belum pasti.
Pasquariello mengingatkan bahwa ukuran kebahagiaan sebagian besar bersifat subyektif serta sulit untuk dikaitkan dengan satu sumber.
“Begitu banyak faktor internal dan eksternal yang berbeda berkontribusi pada perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan psikologis seseorang, sehingga sulit untuk mengurai asupan kafein sendirian sebagai faktor pemicu,” jelasnya.
Ambil, misalnya, Zona Biru serta Finlandia yang disebutkan di atas. Di mana penduduknya hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih bahagia daripada kebanyakan orang. Konsumsi kopi dan kafein mereka mungkin berkorelasi dengan hasil positif ini, tetapi itu tidak sama dengan penyebab.
“Terlebih lagi, Zona Biru seperti Okinawa, Sardinia, dan lainnya—dan negara-negara dengan tingkat kebahagiaan yang dilaporkan tinggi, seperti Finlandia—memiliki lebih dari sekadar asupan kafein dan kopi mereka,” kata Pasquariello.
“Dari sudut pandang nutrisi, orang-orang di zona ini umumnya makan lebih sedikit daging merah, gula, dan susu; makan lebih banyak protein tanpa lemak, serat, makanan mentah dan fermentasi, dan lemak sehat; dan perhatikan musiman.”
Selain itu mereka pun memiliki ikatan sosial dan kekeluargaan yang kuat, mengambil “exercise snack” sepanjang hari, dan menjalani kehidupan yang tidak terlalu stres, di antara banyak hal lainnya. “Semua hal di atas berkontribusi pada kesehatan, kesejahteraan, dan perasaan bahagia. Sekali lagi, ini semua adalah korelasi,” tegasnya.
Mempertimbangkan poin-poin di atas, kebahagiaan berkat kopi sebagian besar berkat dopamin.
“Asupan kafein, seperti stimulan lainnya, menghasilkan pelepasan dopamin di korteks prefrontal,” jelas Pasquariello.
Neurotransmitter “merasa-baik” yang terkenal memunculkan gairah dan rasa penghargaan, tetapi hal ini tidak akan menjamin terjadinya kebahagiaan. “Hanya karena sesuatu memberi kita serangan dopamin yang cepat tidak berarti itu akan berkontribusi pada kebahagiaan umum,” jelas ahli diet tersebut.
Selain itu, fakta bahwa kopi dapat berkontribusi pada pola makan dan gaya hidup sehat mungkin cukup untuk menambah semangat dan senyum di wajahmu.
“Perilaku yang mempromosikan kesehatan secara keseluruhan, berkontribusi pada keadaan psikologis kita. Karena berinteraksi dengan jalur neurologis dan suasana hati,” lanjut Pasquariello. Minum kopi dianggap sebagai salah satu perilaku tersebut.
Pada dasarnya, jika kamu tahu kamu melakukan hal yang baik untuk tubuhmu, kamu mungkin merasakan kepuasan dan harga diri yang lebih tinggi. Sehingga hal ini meningkatkan hasil positif untuk suasana hati dan kesehatan mentalmu, Ladies.
Kesimpulan
Dikemas dengan antioksidan pelindung dan kafein yang memberi energi, kopi dapat menjadi komponen sehat dari diet harianmu selama kamu tidak berlebihan atau menganggapnya sebagai obat ajaib. “Meskipun kafein dikaitkan dengan sejumlah manfaat kesehatan, kafein bukanlah obat mujarab untuk kesehatan atau kebahagiaan,” simpul Pasquariello.
Pada saat yang sama, dia menyarankan agar tidak mengandalkan kopi (makanan atau minuman apa pun, dalam hal ini) sebagai penopang untuk membangkitkan kebahagiaan.
“Sebenarnya bisa sangat membantu untuk memikirkan suasana hati sebagai sesuatu yang berdekatan dengan apa yang kita makan dan minum, bukan akibat atau penyebabnya,” jelasnya.
“Suasana hati sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, dan memperhatikan saat hal itu muncul dapat bermanfaat. Tetapi kita tidak boleh bergantung pada mereka untuk mengubah suasana hati kita, karena hal itu kadang-kadang dapat merugikan dari sudut pandang perilaku.”
Meskipun demikian, jika kopi adalah item tetap pada menu pagimu, kemungkinan besar itu bermanfaat bagi kesehatanmu. Namun, mengandalkannya hanya untuk tujuan meningkatkan kebahagiaan sangat tidak disarankan. Apalagi jika kamu mulai meminumnya dengan tujuan ini, terutama jika kamu tidak mentolerirnya dengan baik.
Semoga informasi di atas bermanfaat untukmu, Ladies!
Sumber: wellandgood.com