Jepang mulai membuka akses pintu masuk mereka dan memulai uji coba tersebut pada bulan Juni 2022. Kondisi ini memang harus dilakukan oleh pemerintah, sebagai upaya menyelamatkan kembali sektor pariwisata.

Dari data yang ada, sebenarnya wisata negara mereka sudah cukup berkembang karena, penduduknya sendiri mendukung penuh. Tercatat sekitar 60% pengunjung merupakan wisatawan dalam negeri.

Kondisi ini merupakan poin positif, hanya saja perkembangan wisatanya tidak akan bisa maju bila hanya mengandalkan wisatawan lokal saja. Apalagi, peluang untuk mengembalikan perekonomian Jepang seperti semula dari pariwisata sangat tinggi.

Inilah alasan mengapa pemerintah melakukan uji coba bagi wisatawan mancanegara bisa masuk. Walaupun ada syarat dan ketentuan berlaku yang harus dipatuhi oleh para pelancong. Namun, kondisi itu tidak akan berpengaruh banyak.

Syarat masuk Jepang masa uji coba

Pintu Wisata Jepang Dibuka, Tetapi Masih Taraf Uji Coba
Sumber: traveltempo.com

Seperti halnya negara lain, siapa saja bisa masuk ke Negeri Sakura hanya saja mereka sudah vaksin dosis ke 3. Hal ini sangat mutlak sebagai upaya pencegahan karena, covid belum sepenuhnya pergi.

Keputusan ini memang terkesan mengejutkan, tetapi dari data yang sudah masuk terutama pada Golden Week menunjukkan bahwa, kasus terjangkit Covid 19 menunjukkan penurunan. Oleh karena itu, pemerintah mulai berani menetapkan Jepang masa uji coba untuk wisatawan.

Walau sudah sedikit melonggar, diharapkan seluruh masyarakat jangan sampai lengah begitu saja. Tetap waspada dengan menjaga daya tahan tubuh. Karena, hanya dengan itu tameng yang dapat dilakukan untuk menghindari adanya gelombang berikutnya.

Sebagai penopang perekonomian Jepang

Pintu Wisata Jepang Dibuka, Tetapi Masih Taraf Uji Coba
Sumber: VOI.com

Sepanjang 2011 sampai 2019 diketahui bahwa, penopang perekonomian dari negara ini sendiri adalah sektor ariwisata. Tidak heran saat mereka belum juga membuka pintu wisatanya membuat recovery perekonomiannya terasa cukup lambat.

Dalam beberapa data, terlihat bahwa pertumbuhannya sendiri masih kurang jika dibandingkan dengan Amerika. Inilah salah satu alasan terbaik mengapa mereka harus mengambil opsi untuk membuka kembali pariwisatanya.

Harus diakui, negeri sakura memiliki pemandangan serta tempat yang mengesankan. Bahkan, hampir semua tempat terlihat begitu menyenangkan untuk dikunjungi. Tidak heran bila wisatawan sebenarnya juga merindukan lokasi favorit yang pernah mereka kunjungi sebelumnya.

Keseriusan Jepang dalam membuka kembali pariwisatanya dapat terlihat saat pemerintahnya melakukan pelonggaran mengenai karantina. Khususnya bagi mereka yang melakukan perjalanan ke luar negeri.

Walau kelonggaran tersebut sudah dilakukan, tetap saja kewaspadaan tidak boleh dikendurkan. Inilah alasannya mengapa Jepang sendiri masih menetapkan masa uji coba. Tidak heran bila kondisi pembatasan juga ikut dinaikkan.

Tidak semua penduduk suka dengan kebijakan tersebut

Pintu Wisata Jepang Dibuka, Tetapi Masih Taraf Uji Coba
Sumber: traveltempo.com

Sayangnya tidak semua penduduk menyukai kebijakan tersebut. Salah satunya adalah masyarakat Kyoto yang merasa lebih nyaman tanpa turis. Kondisi itu memang tidak berlebihan, mengingat sebelum pandemi datang, kota ini penuh sesak para wisatawan.

Mereka seakan ingin melihat bagaimana keindahan serta sejarahnya yang cukup kental. Hal tersebut membuat penduduk Kyoto sendiri merasa terganggu. Sehingga, mereka merasa senang dengan kehadiran Pandemi, membuat kotanya terasa lebih sejuk dan aman, bahkan ada yang merasa tertekan dengan rencana pemerintah itu.

Harus diakui Kyoto merupakan salah satu destinasi wisata terbaik di Jepang. Tidak heran bila mereka selalu menjadikannya sebagai kota tujuan utama. Hal inilah yang membuat penduduk merasa tidak sepakat dengan keputusan pemerintah.

Jika, kamu pernah ke Kyoto mungkin akan terasa maklum bila memang mereka memilihnya sebagai salah satu yang terbaik. Setidaknya perpaduan, kebudayaan, alam dan bangunan terasa begitu menyenangkan.

Apalagi bagi yang suka selfie, kawasan ini terasa menjadi surga yang sulit untuk dibendung. Walau begitu, Jepang masih dalam tahap uji coba , bisa jadi kebijakan tersebut akan menghilang atau permanen. Semua tergantung dari bagaimana keadaan covid ke depannya.