OUR NETWORK

Film Srimulat Nostalgia Bersama Dalam Tawa Dari Sang Legenda

Film Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama cukup sukses membuat penonton tertawa dari awal sampai akhir. Apa yang disuguhkan oleh Fajar Nugros memang bagus walau beberapa orang merasa dari ceritanya sendiri kurang menarik, tetapi pendapat itu hanya sebagian saja.

Karena harapannya adalah penonton dapat melihat sejarah pendiriannya. Sayangnya, Fajar Nugros mengambil jalan lain. Apa yang dipersembahkan ini bukan berawal dari sana, melainkan penemuan jati diri masing-masing karakter.

Selama ini kita hanya bisa melihat di belakang layar, mengapa Tarzan, Asmuni, Tessy, Gepeng, dan lainnya bisa menampilkan karakter seperti itu. Tetapi, penonton tidak pernah mengerti bagaimana sejarahnya mereka dalam membangun pribadi hingga mempunyai ciri khas sampai sekarang.

Film Srimulat Mempunyai Konflik yang Halus

Film Srimulat Nostalgia Bersama Dalam Tawa Dari Sang Legenda
Sumber: popbela.com

Harus diakui bahwa apa yang disuguhkan oleh Fajar Nugros ini memang fokus kepada nostalgia masa lalu. Jadi, seluruh karakternya dibuat mirip dan persis dengan zaman mereka dulu, untuk kamu yang sudah berumur pasti merasakan momen tersebut.

Karena, hal inilah teknik konflik yang diberikan bukan menanjak tajam. Melainkan perlahan seperti sebuah perbukitan lalu menurun kembali. Keadaan ini yang membuat pertunjukan tersebut terasa kurang masalah.

Penggalian unsur drama tampak sedikit kesusahan. Karena, komedi yang dihadirkan cukup mendominasi dan hampir di setiap adegan penonton akan dibuat tertawa tanpa henti. Momen inilah yang membuat film Srimulat terasa kurang greget namun menjadi pertunjukan healing paling sempurna.

Tetapi, kalau dilihat lagi Fajar Nugros sudah memberikan sentuhan halus disana. Seperti kata mereka, “Seseorang harus punya keunikan agar bisa bertahan”. Inilah konsep yang sengaja dikembangkan sehingga, penonton lebih paham mengapa Tessy menjadi seperti itu.

Konflik halus tersebut secara konsisten terus hadir dan menghinggap dalam pribadi masing-masing tokoh. Hingga, mereka harus berhadapan dengan masalah bersama yaitu bahasa. Fajar Nugros mencoba memberikan edukasi bagaimana babak dalam dunia lawak.

Tidak perlu terlalu berat tetapi, memberikan sesuatu yang cukup bermanfaat. Hanya saja, permasalah itu terlalu halus. Tetapi, penonton harus melihat kembali ke judul, ada tulisan “babak pertama” artinya inilah pondasi dasarnya masih ada babak kedua yang berharap bisa lebih meningkat intensitas masalah dan komedinya.

Lelucon yang sedehana tetapi sangat berhasil

Film Srimulat Nostalgia Bersama Dalam Tawa Dari Sang Legenda
Sumber: celebrity.okezone.com

Film Srimulat memberikan lelucon yang sederhana, artinya semua tokoh tidak ada perubahan sama sekali. Dengan begini para penonton muda bisa melihat inilah legenda para pelawak zaman dulu yang masih disukai hingga sekarang.

Lelucon mereka memang berbeda dari biasanya. Tidak terlalu berlebihan lebih ke arah natural tetapi, sangat berhasil membuat air mata keluar hingga perut kamu sedikit sakit karena, harus tertawa tanpa henti.

Sayangnya, terlalu banyaknya tokoh membuat Fajar Nugros tidak punya banyak waktu untuk melakukan eksekusi satu per satu. Andai saja durasinya bisa ditambah sepertinya, ada sedikit ruang sehingga masing-masing tokoh bisa lebih leluasa mendapatkan porsi ceritanya.

Humor klasik khas Srimulat ternyata masih dilakukan, walau ada satu jokes yang terasa hambar karena, terjadi berulang. Tetapi, inilah ciri khas yang coba diangkat sehingga nostalgia penonton semakin terasa menggembirakan.

Detail yang kurang diperhatikan

Film Srimulat Nostalgia Bersama Dalam Tawa Dari Sang Legenda
Sumber: RRI.com

Salah satu minus dari film Srimulat adalah detail yang terasa sangat kurang. Hal itu menjadi kesalahan cukup fatal karena, dalam pertunjukan ini dua nama besar ada dibelakangnya seperti MNC dan IDN.

Perlu diketahui bahwa, setting waktu di tahun 1980an. Sayangnya, apa yang dihadirkan oleh penonton jauh dari tahun tersebut. Bahkan, ketika melakukan adegan di Solo memanfaatkan Pasar Gedhe yang sudah menjadi bagunan klasik saja masih terasa seperti tahun ini.

Hal paling mencolok ketika mereka berada di Jakarta. Ada satu scene yang membuat mata terasa kurang nyaman. Dimana beberapa bangunan terasa sekali berada di tahun 2010an ke atas. Andai saja detail ini dapat diperbaharui pastinya pertunjukan tersebut menjadi sedikit berbeda.

Harus diakui bahwa, apa yang disuguhkan oleh Fajar Nugros sudah cukup bagus. Rasanya Film Srimulat ini cocok ditonton siapa saja, terutama bagi mereka dengan tingkat stress tinggi. Tinggalkan pekerjaanmu mari tertawa bersama para pelawak legenda ini dan penonton lainnya.

Must Read

Related Articles