OUR NETWORK

Kemensos RI Berkolaborasi dengan SOS Children Villages dan KMD Atasi Anak Kehilangan Pengasuhan Karena Pandemi

Tak hanya merugikan secara kesehatan dan perekonomian, pandemi COVID-19 di Indonesia telah membuat sejumlah anak kehilangan orang tuanya. Berdasarkan data dari Kementerian Sosial, jumlah anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang terdata per 7 September 2021 sebesar 25.202. Untuk mengatasi hal ini, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia, Dr Harry Hikmat, mengajak Kawal Masa Depan dan SOS Children’s Villages Indonesia untuk berkolaborasi.

Sumber: SOS Children’s Villages Indonesia

Dr. Harry Hikmat mengatakan, saat ini pihaknya telah menjalankan program ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial) sejak 2019. Baginya program tersebut dapat menjadi jawaban yang tepat bagi kondisi saat ini.

“Anak yatim, piatu, dan yatim piatu mengalami kondisi yang sulit. Dari sisi pengasuhan, ada resiko anak tidak ada yang mengasuh sama sekali, bahkan buruknya menjadi gelandangan. Itu yang sangat tidak kami inginkan,” jelasnya dalam webinar bertema “Respon Kondisi Anak yang Kehilangan Orang Tua karena COVID-19” yang diselenggarakan pada 8 September 2021.

ATENSI sendiri merupakan layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial. Adapun pelaksanaannya melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial, dan/atau pengasuhan anak, serta dukungan keluarga. Program ini juga mengadakan terapi diantaranya terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual. Diantaranya juga terdapat pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial, dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas. Harry mengaku, pihaknya belum dapat menyebarkan program ini secara maksimal kepada seluruh masyarakat.

KMD
Narasumber Dr Harry Hikmat, M.Si., selaku Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia; Kalis Mardiasih, Relawan dari Gerakan Kawal Masa Depan; dan Gregor Hadi Nitihardjo, Direktur Nasional SOS Children’s Villages Indonesia, serta Moderator Skolastika Sylvia (Sumber: SOS Children’s Villages)

Relawan Kawal Masa Depan (KMD), Kalis Mardiasih, pun menyambut ajakan kerja sama ini. Ini karena baginya, program ATENSI sejalan dengan misi dari KMD untuk membantu anak yang kehilangan pengasuhan karena COVID-19.

Selama ini, KMD juga telah melakukan dua bentuk bantuan. Dalam Jangka Pendek, pihaknya telah memberi santunan uang sebesar Rp 1 juta untuk masing-masing anak yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara, Jangka Panjangnya berupa program beasiswa dan monitoring beragam keahlian untuk anak-anak yatim.

Hingga saat ini, ada lebih dari 750 anak yatim dan wali yang telah mendaftar untuk mendapat santunan dari KMD. Selain itu, ada lebih dari 500 orang mulai tertarik menjadi orang tua asuh dengan berdonasi rutin setiap bulan. Adapun, donasi yang terkumpul dari publik mencapai Rp 1,5 miliar dalam waktu 1 bulan. Meski begitu, baginya jalannya gerakan ini memerlukan kolaborasi dari banyak pihak.

SOS Children's Villages Indonesia
Sumber: SOS Children’s Villages Indonesia

Senada dengan KMD, ajakan kolaborasi ini juga disambut baik oleh SOS Children’s Villages Indonesia karena memiliki misi yang serupa. Namun, bagi organisasi non-profit yang satu ini, tidak hanya anak kehilangan orang tua yang perlu dibantu, tetapi juga sistem keluarga yang lemah.

Adapun bantuan diberikan melalui program Family Strengthening yang fokus membantu dan mencegah anak-anak terpisah dari keluarga karena faktor apapun. “Kami meyakini setiap anak harus dibesarkan dalam lingkungan keluarga. Walaupun tidak tinggal dengan orang tua kandungnya, namun setiap anak harus tetap merasakan adanya keluarga. Ketika anak-anak sudah tidak mempunyai orang dewasa dan keluarga di dekatnya, di situlah program kami Pengasuhan Alternatif Berbasis Keluarga (PABK) akan bergerak memastikan anak tersebut mendapatkan kasih sayang selayaknya keluarga,” ujar Direktur Nasional SOS Children’s Villages Indonesia, Gregor Hadi Nitihardjo.

Hingga saat ini, SOS Children’s Villages Indonesia telah melakukan Rapid Assesment, sebuah program pendataan aktual anak-anak yang kehilangan pengasuhan orang tua. Program ini berfokus pada 3L, yakni Look (melihat apa yang ada di lapangan), Listen (mendengar langsung dari anak), dan Link (menghubungkan kebutuhan dengan anak). Adapun, program ini dilakukan untuk meninjau langsung bagaimana kehidupan anak yang bersangkutan, kesehatannya, pendidikannya, hingga bagaimana mendapat makanan dan perlindungannya.

Sumber: SOS Children’s Villages Indonesia

“Ini merupakan dasar awal yang ingin kami lihat. Di mana kami bisa intervensi, di situ kami intervensi,” ungkap Gregor Hadi. Menurutnya, kolaborasi dengan KMD dan Kementerian Sosial dapat memastikan setiap anak terlindungi dan terpenuhi hak-hak mereka. Kolaborasi ini juga dapat memberikan respon dan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Tak berhenti sampai di sini, rangkaian diskusi publik dalam pembahasan “Respon Kondisi Anak Kehilangan Orang Tua Akibat COVID-19” yang diselenggarakan SOS Children’s Villages Indonesia akan terus dilakukan sepanjang September 2021. Hal ini dilakukan dalam rangka 49 tahun SOS Children’s Villages Indonesia memperjuangkan hak dan masa depan anak Indonesia. Acara akan dilanjutkan dengan mendiskusikan solusi terkait pengasuhan alternatif berbasis keluarga yang berkualitas bagi anak. Tak hanya diskusi, anak-anak juga diajak untuk menyampaikan aspirasi mereka melalui lomba pidato yang akan disampaikan di depan publik dalam acara Press Conference pada tanggal 30 September 2021.

 

Sumber: SOS Children’s Villages Indonesia

Must Read

Related Articles