OUR NETWORK

Iklim Dokter yang Lebih Humanis, Tak Hanya Pandai dalam Pengobatan Namun Juga Cakap Berkomunikasi

Indonesia sebenarnya tidak kekurangan dokter-dokter dengan kemampuan mumpuni. Titel atau gelar yang dimiliki sudah tidak perlu diragukan lagi, bahkan tidak sedikit yang menempuh pendidikannya di luar negeri. Namun, angka orang-orang yang berobat ke luar negeri masih saja tinggi. Meski biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, demi mendapatkan penanganan yang lebih cepat dengan teknologi mutakhir, uang tidak menjadi masalah.

Berdasarkan riset yang dibeberkan oleh Patients Beyond Borders, Malaysia dan Singapura menjadi salah satu tujuan utama medical tourism yang dipilih masyarakat Indonesia. Dalam periode 2016-2017 saja, total masyarakat yang berobat ke luar negeri lebih 4 juta orang. Dilansir dari katadata.co.id, salah satu alasannya adalah problem komunikasi dokter dan tenaga medis pembantu.

Maka dari itulah pembelajaran mengenai humanisme, sangat penting masuk ke dalam pendidikan kedokteran di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Dokter Rita Mustika, MEpid yang juga Ketua Klaster Kolaborasi Pendidikan Kedokteran IMERI FKUI sudah melakukan  penelitian untuk disertasinya dengan judul ‘Penyusunan Instrumen Penilaian Iklim Humanis Lingkungan Pembelajaran Klinik untuk Pengembangan Humanisme dalam Pendidikan Kedokteran’. 

Iklim Dokter yang Lebih Humanis, Tak Hanya Pandai dalam Pengobatan Namun Juga Cakap Berkomunkasi-a
Foto: freepik.com

“Dari penelitian yang saya lakukan dengan metode campuran kualitatif dan kuantitatif pada lebih dari 200 responden penelitian di Academic Health System FK-UI, ditemukan bahwa pengembangan humanisme dalam pendidikan kedokteran di Indonesia saat ini sangat dibutuhkan. Peningkatan persepsi mahasiswa terhadap iklim humanis berhubungan dengan peningkatan capaian kompetensi humanisme,” papar dr. Rita

Lebih jauh lagi ia menyatakan jika pengembangan humanisme dokter perlu diawali dari membangun iklim pembelajaran yang huminasi di lingkungan pembelajaran. Karena akan memengaruhi perilaku mahasiswa. Tidak bisa dipungkiri jika pembelajaran humanis selama ini masih kalah dengan ilmu biomedik dan keterampilan klinis, dan secara tidak sadar mengesampingkan pentingnya pengajaran humanisme. Oleh sebab itulah hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Rita mengusulkan untuk menggunakan instrumen belajar yang mencakup pembelajaran humanisme dan profesionalnya.

“Dengan hasil penelitian ini, saya mengusulkan untuk menggunakan instrumen H-CliM dan ICARE yang telah divalidasi di dalam penelitian ini untuk melakukan evaluasi kurikulum terutama dalam pembelajaran humanisme dan profesionalisme,” tutupnya.

Dan melalui penelitian tersebut, Dokter Rita Mustika telah meraih gelar dokter yudisium cum laude di bidang Ilmu Kedokteran dalam Promosi Doktor On-line pertama Fakultas Kedokteran UI pada Selasa (5/5/2020).

Dengan para promotor antara lain  Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DMF, S.H., M.Si.Sp,F(K). ko-promotor dr. Diantha Soemantri, M.Med.Ed., Ph.D. dan Dr. dr. Wresti Indriatmi, M.Epid., Sp.KK(K). Tim penguji Prof. dr. Marcellus Simadibrata, Sp.PD-KGEH, Ph.D., Dr. E. Kristi Poerwandari, S.Hum., Prof. Dr. dr. David Perdanakusuma, SpBP-RE(K) yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD-KPTI. 

 

Sumber: press release, katadata

Must Read

Related Articles