Free Porn
xbporn

https://www.bangspankxxx.com
OUR NETWORK

Bukan Sekadar Trend, Peremajaan Vagina Dapat Meningkatkan Kualitas Hidup

Masalah kewanitaan memang masih menjadi topik yang tabu untuk diperbincangkan di masyarakat kita ya, Ladies. Padahal, ada banyak isu seputar kewanitaan yang berhubungan dengan kesehatan dan kualitas hidup para wanita. Salah satunya adalah kesehatan vagina. Pada Selasa (27/11) pagi, MeraMuda diundang ke seminar media “Peremajaan Vagina: Sekadar tren atau kebutuhan?”

Bukan Sekadar Trend, Peremajaan Vagina Dapat Meningkatkan Kualitas Hidup
dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG (K), M.Sc

Bukan Sekadar Trend, Peremajaan Vagina Dapat Meningkatkan Kualitas Hidup

Prosedur peremajaan vagina sudah menjadi hal yang cukup banyak dilakukan. Namun, para dokter dari Bamed Women’s Clinic menggarisbawahi bahwa peremajaan vagina atau vagina rejuvenation bukanlah sekadar tren.

Kesadaran untuk mengubah dan ‘memperbaiki’ bentuk vagina belakangan ini meningkat. Setidaknya di Amerika Serikat dan Inggris. Sayangnya, di Indonesia sendiri belum ada data yang tersedia. Kesadaran ini dipicu oleh berbagai hal. Para wanita sudah makin mengenali anatomi tubuhnya sendiri, misalnya setelah membandingkan dengan yang mereka lihat di film. Nggak hanya soal estetika saja, Ladies. Peremajaan vagina dapat membantu pasien meningkatkan kepercayaan diri dan juga kualitas hidupnya. Apalagi sebagai wanita, tubuh kita melewati berbagai fase kehidupan yang cukup berat. Kehamilan dan proses kelahiran, menyusui, serta bertambahnya usia dan semakin berkurangnya hormon dan kolagen, dapat memengaruhi organ kewanitaan kita, Ladies. Menurunnya keinginan seksual, disfungsi seksual, bladder leakage pada ibu-ibu baru, adalah hal yang lumrah ditemui pada pasien.

Bukan Sekadar Trend, Peremajaan Vagina Dapat Meningkatkan Kualitas Hidup
dr. Dasep Suwanda, SpOG

Bukan Sekadar Trend, Peremajaan Vagina Dapat Meningkatkan Kualitas Hidup
dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG

Materi dibawakan oleh dua dokter spesialis dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG dan dr. Dasep Suwanda, SpOG. Benar-benar nambah wawasan banget, Ladies. Ternyata ada dua macam prosedur. Ada prosedur semi-invasif dengan laser, penyuntikan filler, botoks, atau injeksi lainnya untuk mengatasi masalah elastisitas, kering, atau infeksi berulang. Prosedur ini biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 7 menit. Ada pula prosedur invasif yang memerlukan tindakan operasi seperti clitoralhood reduction, labia majora plasty, labia minora plasty, vaginoplasty, hingga hymenoplasty untuk memperbaiki dan merapatkan kembali berbagai organ kewanitaan. Nah, prosedur ini lebih rumit karena membutuhkan waktu 1-2 jam dan pemulihan hingga 6 minggu.

Namun, dr. Yeni memaparkan bahwa setiap prosedur dilakukan dengan pendekatan yang holistik. Jadi, nggak bisa tuh langsung minta dilakukan laser atau operasi. Pasien harus melalui proses skrining dan sesi konsultasi untuk mengetahui keinginannya. Dalam sesi konsultasi, para dokter juga akan menjelaskan mengenai hasil dan prosedur tindakan serta merekomendasikan prosedur yang tepat. Bahkan, dr. Yeni juga menyarankan agar pasien dan calon pasien menyiapkan daftar pertanyaan untuk sesi konsultasi ini, Ladies.

Sesi konsultasi ini tentunya bertujuan agar prosedurnya tepat dan pasien nggak berharap terlalu tinggi. Maksudnya gini, prosedur-prosedur ini kan membutuhkan waktu untuk terasa efeknya, terutama yang semi-invasif. Butuh beberapa kali treatment supaya Ladies bisa melihat hasilnya secara nyata. Ladies juga nggak bisa berharap bahwa peremajaan vagina bisa jadi jaminan kalau pasangan akan setia selamanya. Yang realistis aja… hehehe…

Terus bagimana dengan risikonya?

Pasien yang sedang hamil, sedang mengalami infeksi bakterial, menderita penyakit yang berkaitan dengan immune system deficiency, sedang menstruasi, dan punya riwayat laser sensitivity, dan over expectations dipastikan tidak bisa mengikuti prosedur peremajaan vagina. Setiap prosedur, pasti memiliki risiko tersendiri. Namun, para dokter di Bamed Women’s Clinic yang beroperasi di Meruya dan Dharmawangsa Square yakin bahwa risikonya dapat diminimalisir dengan proses skrining dan juga penggunaan alat yang tepat.

 

Foto: dokumentasi MeraMuda

Must Read

Related Articles