Lampu diredupkan saat hendak take off dan landing mungkin jadi pertanyaan besar bagi para penumpang. Kondisi yang menurut pemikiran banyak orang tidak akan berpengaruh apa-apa, tetapi apakah benar seperti itu?
Walau semua itu berasal dari sebuah aturan penerbangan, tetapi terasa cukup aneh. Seperti halnya, mengapa harus menutup laptop, tetapi tablet boleh terbuka? Dan mengapa sabuk pengaman wajib saat meluncur dengan kecepatan rendah, tapi tidak selalu saat meluncur di udara dengan kecepatan lebih tinggi?
Pada dasarnya semua aturan tersebut dapat dijelaskan melalui sebuah ilmu yang sudah diteliti sebelumnya. Tidak cukup hanya dari penalaran logika manusia, karena terkadang berbanding terbalik, maka dari itu mari kita simak alasan mengapa lampu ini harus redup.
Visibilitas Darurat dan Waspada
Pertama-tama, penurunan intensitas lampu membuat tanda pintu keluar darurat lebih terlihat jelas. Dalam kondisi redup, lampu darurat ini menjadi mencolok dibandingkan dengan lainnya.
Perlu diingat, bahwa warna dari lampu emergency tersebut adalah merah. Sementara interior di dalam pesawat pasti menggunakan warna cerah untuk memberikan kenyamanan selama perjalanan.
Dari sini sudah bisa dimengerti kalau lampu diredupkan berfungsi untuk mempermudah penumpang dan awak pesawat dalam melihat petunjuk itu dengan jelas. Ini menjadi krusial dalam situasi darurat, di mana evakuasi cepat dapat menjadi faktor penentu keselamatan.
Kedua, saat fase lepas landas dan mendarat, yang merupakan momen kritis dalam penerbangan, penting bagi penumpang untuk tetap waspada terhadap sekitarnya. Redupnya lampu kabin memungkinkan mata semua orang beradaptasi, sehingga mereka melihat tidak hanya di dalam pesawat tetapi juga ke luar.
Ini penting sebagai upaya mendeteksi potensi bahaya di sekitar pesawat. Jadi pihak crew akan segera sigap dalam mengantisipasi hal-hal yang mengandung risiko tinggi bagi keselamatan penumpang.
Adaptasi Mata dan Keselamatan
Seorang pilot berpengalaman, Patrick Smith, menjelaskan bahwa dengan menyesuaikan mata terlebih dahulu, penumpang tidak akan tiba-tiba kehilangan visibilitas saat bergerak menuju pintu darurat dalam kegelapan atau asap. Selain itu, lampu kabin yang terlalu terang dapat menciptakan cahaya silau sehingga menghalangi pandangan ke luar jendela.
Lampu diredupkan sehingga meminimalkan cahaya akan membantu awak pesawat dan penumpang melihat dengan jelas ke luar, menghindari situasi buta mendadak. Sering terjadi tetapi sulit untuk menyadarinya.
Kemampuan melihat dengan jelas ke luar pesawat dapat menjadi kunci dalam situasi darurat. Sebagai contoh, pada insiden British Airways tahun 2013, penutup mesin terbuka setelah lepas landas.
Berkat visibilitas yang baik melalui jendela, awak pesawat dapat melakukan pendaratan darurat dengan sukses. Dalam kasus lain, seorang penumpang United Airlines melaporkan kebocoran bahan bakar setelah melihat melalui jendela.
Keselamatan Dalam Kegelapan atau Asap
Ketika terjadi asap atau asap dalam pesawat, penumpang dapat kehilangan hingga 83 persen kemampuan mereka untuk menemukan jalan keluar. Pencahayaan yang memadai di dalam pesawat sangat penting dalam situasi ini.
Aturan meredupkan lampu kabin membantu memastikan bahwa penumpang masih dapat melihat jalur indikator keluar, yang diwajibkan oleh peraturan keselamatan penerbangan. Dalam banyak kasus, pencahayaan lantai menggunakan teknologi glow-in-the-dark untuk memastikan fungsinya tetap terjaga meskipun listrik padam. Meredupkan lampu kabin juga memudahkan penumpang mengidentifikasi jalur evakuasi jika terjadi insiden.
Meskipun aturan perjalanan udara terkadang tampak membingungkan, keberadaan logika di baliknya sebenarnya untuk keamanan dan keselamatan penumpang. Lampu diredupkan pada kabin saat lepas landas dan mendarat bukanlah kebetulan; itu adalah kebijakan yang dirancang agar meningkatkan visibilitas darurat dan kesadaran penumpang.
Sumber: Afar.com