OUR NETWORK

Menyiapkan Tata Laksana Pencegahan Hipertensi yang Optimal

Hipertensi masih menjadi salah satu kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penyandangnya pun tidak berkurang dalam satu dekade terakhir. Survei nasional di Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi adalah 34,1% tidak berbeda dengan hasil survei nasional tahun 2007 yang besarnya 31,7%. Tidak adanya perubahannya ini juga terjadi di negara lain termasuk negara maju seperti Amerika. 

Untuk itu, Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) secara rutin tiap tahunnya melakukan edukasi dan tata laksananya. Selain kepada para dokter, InaSH juga sekaligus memberi edukasi kepada media massa, bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Menyiapkan Tata Laksana Pencegahan Hipertensi yang Optimal
dr. Amanda Tiksnadi, SpS(K), PhD

dr. Amanda Tiksnadi, SpS(K), PhD, Ketua Panitia The 17th Annual Scientific meeting InaSH 2023 dalam sambutannya mengatakan, “Acara ilmiah tahunan InaSH kali ini begitu spesial karena untuk pertama kalinya dapat diselenggarakan secara offline kembali. Selain itu, tahun ini juga merupakan acara ilmiah yang ke-17 sejak InaSH didirikan. Fase sweet seventeen atau usia 17 tahun merupakan momen spesial, usia transisi dari remaja menuju dewasa. Besar harapan angka 17 menjadi momen perkembangan InaSH menuju tingkat kedewasaan dalam pengembangan dan kemajuan tata laksana hipertensi secara paripurna di Indonesia pada khususnya.”

Acara akan terbagi menjadi masterclass of hypertension, plenary session, interactive keynote lecuture, international hypertension societies joint-session, poster sessions, panel discussion, trigger quiz contest.

Acara akan dilanjutkan dengan young investigator session sebagai bentuk tanda hormat terhadap inovasi dan pencapaian terbaru dalam ruang lingkup hipertensi. Selain itu, yang tak kalah penting dan pasti ditunggu adalah peluncuran ‘Buku Panduan Promotif dan Preventif Hipertensi’ pada akhir acara.

dr. Erwinato, Sp.JP(K), FIHA, Ketua InaSH mengingatkan bahwa mengukur tekanan darah dapat dilakukan di rumah atau di pelayanan kesehatan. “Sebuah penelitian menunjukkan risiko menjadi hipertensi 2 tahun ke depan adalah 40% jika tekanan darah 130-139/85-89 mmHg. Jika tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, berisiko mengalami penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal yang jauh lebih besar dibandingkan mereka dengan tekanan darah lebih rendah. Dengan mengetahui tingkat tekanan darah, diharapkan seseorang menjadi lebih sadar untuk melakukan usaha menurunkannya jika diperlukan. Seseorang dianjurkan menurunkan tekanan darah jika terukur 130/85 mmHg atau lebih. Jika tekanan darah seseorang 130-139/85-89 mmHg, cukup melakukan intervensi gaya hidup seperti berolah raga teratur, menurunkan berat badan, mengurangi asupan garam. Seseorang mungkin perlu terapi obat jika tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih. Dokter akan memutuskan apakah perlu terapi obat atau tidak,” lanjutnya.

Menyiapkan Tata Laksana Pencegahan Hipertensi yang Optimal
dr. Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH

Sementara itu dr. Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH, Sekretaris Jenderal InaSH dalam pemaparannya menjelaskan mengenai pencegahan penyakit ini. Jika dikelola dengan baik risiko kesakitan, komplikasi, bahkan risiko kematian dini dapat ditekan. Upaya ini dapat dicapai dengan modifikasi gaya hidup dan pemberian terapi obat rutin ketika sudah diperlukan. Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang. 

Mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular (PTM), Kementerian Kesehatan membuat beberapa kebijakan, yaitu: 

  • mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining).
  • meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan Posbindu PTM.
  • meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui peningkatan sumber daya tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas.
  • peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik.
  • peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotifpreventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.

Menyiapkan Tata Laksana Pencegahan Hipertensi yang Optimal
Dr. dr. Antonia Anna Lukito, SpJP (K)

Tentang pentingnya promotif dan preventif hipertensi, Dr. dr. Antonia Anna Lukito, SpJP (K), PIC Buku Pedoman InaSH mengatakan, “Pengendalian hipertensi telah menjadi salah satu program prioritas yang menjadi indikator dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2020-2024) dan termasuk dalam indikator Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2022-2024. Hipertensi dapat dicegah melalui upaya edukasi dan deteksi dini yang dilakukan di komunitas. Hal ini diharapkan dapat mencegah terjadinya hipertensi, mengendalikan hipertensi dan mencegah terjadinya kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi. Upaya promotif hipertensi dapat dilakukan di sekolah, tempat kerja, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan rumah sakit.”

Must Read

Related Articles