Akupuntur seringkali menjadi pilihan banyak orang untuk berbagai pengobatan, seperti memperlancar aliran darah, menenangkan otot, mengatasi sejumlah penyakit, hingga menghilangkan stres. Tapi siapa sangka, beberapa tahun terakhir, pengobatan tradisional Tiongkok yang satu ini juga populer sebagai alternatif alami dari botox, loh! Metode ini dianggap dapat menghaluskan, mengencangkan, serta membuat kulit bercahaya, sehingga dipandang dapat digunakan untuk perawatan anti-aging.
Pada praktiknya, seperti botox, kerja akupuntur juga berkaitan dengan jarum yang ditusukkan ke kulit. Bedanya, metode yang satu ini menggunakan lusinan jarum tipis ke dalam kulit pada sejumlah titik di area tertentu pada tubuh. Hal ini dilakukan untuk melepaskan stres dan ketegangan. Sebagai perawatan anti aging sendiri, metode ini berfokus pada peningkatan produksi kolagen di kulit, peningkatan elastisitas kulit yang lebih halus dan merata. Hal ini dilakukan dengan menciptakan microtrauma atau luka kecil pada kulit, seperti yang dilakukan dengan jarum.
“Akupuntur menciptakan microtrauma pada kulit yang mirip dengan microneedling. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kolagen yang dapat membantu memperbaiki tampilan garis-garis halus dan kerutan pada kulit. Peningkatan microcirculation ini dapat memperbaiki tampilan keseluruhan kulit dan bengkak pada kulit. Untuk merangsang produksi kolagen melalui metode ini, biasanya digunakan sekitar 40-70 jarum, jumlah yang lebih sedikit dibandingkan microtrauma yang dihasilkan oleh microneedling,” jelas Dokter kulit, Marisa Garshick. Nah, akupuntur yang digunakan untuk perawatan anti aging, biasanya menargetkan tusukan jarumnya dibatasi hanya pada area wajah, Ladies. Targetnya ialah garis-garis halus dan kerutan yang ada serta kemungkinan dapat muncul nantinya.
Namun, ahli kecantikan, Nicole Caroline menganggap perawatan anti-aging melalui akupuntur kurang tepat digunakan sebagai perawatan utama.
Bila kamu menginginkan perawatan melalui microtrauma, Caroline menyarankan untuk melakukannya melalui microneedling yang sebenarnya alih-alih akupuntur. Mengingat, efeknya yang lebih kuat dibandingkan akupuntur untuk perawatan anti–aging.
Baca juga: 4 Bagian Tubuh yang Sering Terlewatkan Saat Perawatan Anti-Aging, Waspadalah!
Ini karena untuk memperoleh hasil perawatan anti-aging melalui akupuntur membutuhkan frekuensi perawatan yang cukup banyak. Frekuensinya bervariasi, tergantung pada kebutuhan kulitmu. Garshick merekomendasikanmu melakukan perawatan sekitar 5-10 perawatan sebanyak 1-2 kali per minggu. Setelah itu, kamu perlu melakukan perawatan pemeliharaan setiap 4-8 minggu. Senada dengan Garshick, facialist Candace Marino menyarankan untuk melakukan 10 perawatan selama 5 minggu untuk sesi “touch up” bulanan.
Sementara, untuk melihat hasilnya, kamu perlu bersabar, Ladies. Peningkatan kolagen melalui akupuntur membutuhkan waktu yang lama, sekitar 6 bulan baru benar-benar terjadi. Tapi, kabar baiknya, hasilnya akan bertahan lama di kulitmu. Tentu saja, untuk mempertahankan dan meningkatkannya kamu membutuhkan sejumlah perawatan lanjutan. “Kamu perlu melakukan perawatan sekitar dua kali seminggu, antara 8-10 sesi sebelum melihat hasilnya (minimal),” ucap Caroline.
Di samping itu, efek samping berbahaya yang perlu kamu waspadai dari perawatan akupuntur ialah potensi munculnya memar di wajah. Karena itu, sebaiknya untuk perawatan anti-aging sebaiknya tidak hanya mengandalkan akupuntur, tapi bersama dengan perawatan lainnya. Lalu, Marino juga tidak menganjurkan akupuntur untuk kamu yang memiliki migrain tak terkendali, kejang atau hipertensi. Well, dari ulasan ini, para ahli menyarankan, alih-alih perawatan anti-aging, sebaiknya manfaatkan akupuntur untuk perawatan tubuh lainnya, Ladies.
Sumber: Shefinds