Pada Kamis (12/1) RS Siloam ASRI meluncurkan Layanan Unggulan Transplantasi Ginjal untuk menjawab kebutuhan pasien akan terapi pengganti ginjal di Indonesia. Layanan ini didukung tim multidisiplin yang terdiri dari berbagai spesialis yang berpengalaman dan andal di bidangnya. Ditambah pula dengan inovasi teknologi transplantasi ginjal, dan sistem pengelolaan klinis dan operasional dari jaringan Siloam Hospitals. Sehingga masyarakat Indonesia diharapkan tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk mendapatkan layanan transplantasi ginjal yang optimal dan berkualitas.
Saat ini, RS Siloam ASRI telah melakukan lebih dari 200 operasi transplantasi ginjal sejak tahun 2017 hingga sekarang.
Sebanyak 41% pasien berasal dari pulau Jawa dan 59% dari luar pulau Jawa. Sejak tahun 2018, RS Siloam ASRI juga telah melakukan teknik retroperitoneal yang lebih aman dan efektif untuk pendonor. Dengan teknik ini, mana tindakan transplantasi dilakukan langsung ke letak ginjal pendonor.
Sebagai perbandingan, RS Siloam ASRI mencatat tingkat keberhasilan hidup 1 tahun (1 year survival rate) sebesar 95,6%. Kemudian tingkat keberhasilan cangkok ginjal 1 tahun (1-year graft survival rate) sebesar 98,0%. Sementara menurut laporan European Renal Association Registry di tahun 2013, rata-rata global untuk tingkat keberhasilan hidup 1 tahun adalah 95,8% dan tingkat keberhasilan cangkok ginjal 1 tahun adalah 98,6%.
Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals Group, Caroline Riady mengatakan, “Sebagai rumah sakit swasta yang aktif melakukan transplantasi ginjal di Indonesia, Siloam Hospitals Group berharap dapat mengembangkan kapasitas kami sebagai pusat transplantasi di masa depan, menggunakan teknik inovatif, keahlian klinis dan riset, serta pendekatan multidisiplin untuk mendapatkan hasil klinis yang berkualitas tinggi.”
Sementara Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam ASRI menyampaikan angka prevalensi penyakit ginjal kronik sekitar 10% pada orang dewasa.
“Penyakit ginjal kronik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan dan diet rendah protein akan berakhir dengan gagal ginjal yang menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang pada umumnya memerlukan pengobatan pengganti ginjal, yaitu dialisis atau transplantasi ginjal.”
Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K), Ketua ASRI Urology Center (AUC) mengemukakan, “Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan salah satu dari penyakit yang menyerap dana besar pada pembiayaan kesehatan pemerintah melalui BPJS, sehingga menjadi penyakit yang diutamakan penyelesaiannya oleh Kemenkes RI.” Gagal ginjal masih menjadi masalah serius yang perlu ditanggulangi di Indonesia, di mana tingkat kejadian gagal ginjal yang kronik meningkat dari 0,2% pada 2013 menjadi 0,38% pada 2018.
“Pada tahun 2020, tim transplantasi di RS Siloam ASRI sudah mulai mengembangkan teknik laparoskopi retroperiteneal. Sampai saat ini, RS Siloam ASRI telah melakukan operasi laparaskopi donor transperitoneal sebanyak 78 pasien dengan 1 komplikasi, dan retroperitoneal sebanyak 137 pasien tanpa adanya komplikasi. Dalam proses operasi transplantasi ginjal pada resipien (penerima), secara fundamental yang harus dikuasai operator adalah penyambungan pembuluh darah (anastomosis vaskuler) dari donor ke resipien,” ungkap dr. Nur Rasyid.
Prosedur persiapan transplantasi yang mulus atau seamless memerlukan adanya kerja sama yang baik antara koordinator transplan, tim advokasi (melaksanakan tugas KTN) yang baik, dokter spesialis nefrologi yang memastikan tingkat kecocokan organ donor dan resipien, dokter spesialis radiologi yang dapat menampilkan pembuluh darah donor dan resipien dengan baik, serta seluruh tim dokter spesialis yang memastikan toleransi operasi pasien cukup untuk melaksanakan transplantasi.