today-is-a-good-day
OUR NETWORK

Kenali dan Waspadai Infeksi Daerah Operasi (IDO)

Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (IKABI) dengan didukung Essity Indonesia meluncurkan Clinical Practice Guideline mengenai IDO. IDO adalah Infeksi Daerah Operasi yang masih merupakan masalah serius dan menjadi tantangan bagi spesialis bedah di negara berkembang. Di negara berkembang IDO terjadi 8-30% dari semua pasien yang menjalani prosedur bedah. Hal ini menjadi penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas setelah operasi. Terbayang kan, kalau kondisi ini menimpa kita atau keluarga kita? Kondisi setelah operasi belum pulih, masih pula harus ditambah dengan infeksi yang tentunya menambah waktu penyembuhan dan biaya perawatan.

Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS(K) selaku Dokter Spesialis Bedah Saraf Konsultan & Ketua IKABI memberi sambutan pada Virtual Media Briefing pada Kamis (28/10) pagi.

Kenali dan Waspadai Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Dr.dr. Andi Asadul Islam, Sp.BSK

“IKABI sebagai organisasi profesi dokter spesialis bedah di Indonesia senantiasa berupaya mempersatukan semua dokter spesialis bedah dan berpartisipasi aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan bedah di Indonesia. Salah satu fokus utama kami adalah penanganan IDO atau Infeksi Daerah Operasi (Surgical Site Infection). Kami sangat gembira dapat meluncurkan Clinical Practice Guideline (CPG) Infeksi Daerah Operasi (IDO) sebagai tata laksana bedah baik bagi dokter spesialis bedah juga dokter spesialis lainnya di seluruh Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada rekan sejawat tim penyusun CPG IDO ini, serta dukungan mitra kami Essity Indonesia, sehingga penyusunan CPG IDO dapat terlaksana dengan baik.”

Insiden IDO di Indonesia bervariasi 2-18% di tahun 2021. Laporan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2013 menyebutkan insiden IDO pada bedah abdomen sebesar 7,2% dan tahun 2020 dilaporkan 3,4%. Data ini masih perlu ditingkatkan, apalagi karena IDO menyebabka kematian 3 kali lipat lebih tinggi dan beban biaya yang lebih tinggi karena durasi rawat inap yang lebih tinggi dan diperlukannya intervensi medis tambahan. Untuk mencegah kerugian akibat IDO dan memperlambat laju resistensi antibiotik, tentunya diperlukan langkah-langkah strategis dari berbagai sektor kesehatan.

Kenali dan Waspadai Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Gustavo Vega

Sementara itu Gustavo Vega, Commercial Director Essity Indonesia menyatakan bahwa guideline ini menjadi bukti nyata IKABI dalam memberikan pelayanan bedah paripurna yang sangat bermanfaat bagi pasien dan keluarganya. Essity berdedikasi untuk meningkatkan kesejahteraan melalui solusi kebersihan dan kesehatan terbaik dan senantiasa bekerja sama erat dengan para stakeholder terkait untuk mencapai kesejahteraan rakyat. “Sebagai bagian dari komitmen global, kami melakukan langkah nyata memerangi resistensi antimikroba sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat di dunia saat ini. Di tahun ini kami memperluas kemitraan tersebut dengan bergabung dalam kelompok lintas industri di World Health Organization yang menyatukan para pakar dan memberikan solusi dalam memerangi resistensi antimikroba di dunia.”

Di kesempatan yang sama, dr. Syahrifil Syahar, Sp.B(K), FINACS, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Trauma & Ketua Tim Editor CPG IDO bercerita mengenai proses penyusunan CPG.

Kenali dan Waspadai Infeksi Daerah Operasi (IDO)
dr. Syahrifil Syahar, Sp.B(K) FINACS

Tim Penyusun CPG-IDO terdiri dari 13 dokter bedah perwakilan OPLB yang ditunjuk oleh IKABI yang tersebar di berbagai daerah Indonesia. Tim mulai bekerja mulai Desember 2020 di tengah situasi pandemi dan selesai pada Mei 2021. “Kami melakukan review intensif terhadap lebih dari 275 artikel penelitian ilmiah dan guideline terkait IDO yang dimuat dalam publikasi ilmiah dari seluruh dunia.” Masih menurut dr. Syahrifil Syahar, penyusunan berdasarkan CPG terbaik yang disesuaikan dengan karakteristik Indonesia. Tahap akhir juga melibatkan pihak eksternal sebagai peninjau materi secara keseluruhan. CPG ini menghasilkan 47 pernyataan yang dilengkapi dengan rekomendasi-rekomendasi untuk memenuhi tujuan di atas. Pokok bahasan pada CPG meliputi beberapa hal, antara lain pencegahan dan tata laksana (prabedah, intrabedah, pascabedah).”

Kenali dan Waspadai Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Dr.dr. Warsinggih, Sp.B-KBD

Sementara itu Dr. dr. Warsinggih, Sp.B-KBD, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif & Tim Penyusun CPG IDO menjelaskan faktor yang berhubungan dengan IDO yang saling memengaruhi satu dengan lainnya. Faktor risiko pada penderita terutama dengan komorbid, meliputi hiperglikemia (tingginya kadar glukosa darah yang tidak terkendali), gizi buruk, obesitas, gangguan sirkulasi iskemia (kekurangan suplai oksigen ke organ atau jaringan), hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dan hipotermia (suhu tubuh rendah). Menurut beliau orang dengan obesitas memiliki kemungkinan terpapar IDO sebesar 1,1-4,4 kali lipat dengan sebab yang beragam. Selain faktor risiko pada penderita, di dalam CPG-IDO terdapat juga faktor risiko mikroorganisme dan faktor lingkungan ruang operasi serta personel bedah yang dapat diminimalisir untuk menurunkan kejadian IDO.

Untuk perawatan luka paska operasi, Dr. Warsinggih menekankan pentingnya menjelaskan kepada pasien atau keluarganya untuk menjaga kondisi luka operasi agar tetap terjaga dengan baik.

Ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan untuk penyembuhan yang optimal, Ladies. Pertama, ikuti dengan saksama petunjuk penggunaan obat yang diberikan dan konsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Kedua, jangan dikelupas apabila terdapat bagian luka yang gatal atau kering. Biasanya dibutuhkan waktu 48 jam paska bedah untuk dapat mandi, bila luka operasi ditutup menggunakan balutan/perban yang tahan air (waterproof). Ketiga, dibolehkan untuk mengganti balutan/perban sendiri, dengan mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu dan usahakan tidak menyentuh area luka operasi.

IDO dapat terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska bedah bahkan 1 tahun bila menggunakan implant. Bagi para dokter spesialis bedah khususnya di negara berkembang, IDO hingga kini masih menjadi masalah serius dan penuh tantangan disebabkan oleh resistensi antibiotik yang tinggi.

Must Read

Related Articles