today-is-a-good-day
OUR NETWORK

Mengapa Manusia Gemar Bergosip?

“Eh udah lihat belum postingan foto Instagram si anu? Bajunya kok terbuka banget ya. Nggak malu apa ya?”

“Eh si anu ganti pacar lagi ya? Padahal sama yang sebelumnya kayaknya mesra banget. Memang player sih dia dari zaman sekolah juga. Setiap cewek yang bening pasti digebet. Kita lihat aja berapa lama dia bertahan sama yang sekarang.”

Akui saja, pasti ladies pernah memiliki percakapan yang kurang lebih sama seperti ilustrasi percakapan di atas. Lambat laun, percakapan menyambung ke pembahasan mengenai orang lain, tetapi tetap dengan tema keburukan orang lain. Percakapan di atas lazim disebut sebagai ‘gosip’. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas mengenai latar belakang kegemaran orang-orang akan bergosip.

Apa sih gosip itu?

Menurut KBBI, gossip adalah ‘obrolan tentang orang-orang lain’; ‘cerita negatif tentang seseorang’; ‘pergunjingan’. Sementara ‘gunjing’ sendiri bermakna ‘umpat’, dan ‘fitnah’. Dapat ditarik kesimpulan bahwa gosip adalah obrolan berisi cerita negatif tentang seseorang yang kemungkinan besar isinya berupa fitnah. Apakah tidak ada fakta di dalam gosip? Tentu saja ada, ladies. Akan tetapi persentasenya jauh lebih kecil. Dalam sebuah gosip, 60%-70%-nya bisa berisi fitnah belaka. Musababnya adalah sumber gosip yang biasanya bermula dari kabar burung, dan cerita dari mulut ke mulut yang dibumbui oleh dugaan-dugaan yang berasal dari sudut pandang si penutur gosip.

Cerita tersebut lantas disebar-luaskan ke orang lain sesuai dengan sudut pandang si pencerita sehingga subjektivitas menjadi unsur kuat dalam gosip. Seperti halnya folklore atau cerita rakyat. Folklore yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan mengandalkan ingatan dari penutur dan tidak selamanya penutur dapat mengingat, misalnya, cerita persis seperti yang dituturkan penutur sebelumnya. Akan ada perbedaan-perbedaan dari cerita yang penutur dapatkan, dengan cerita yang penutur utarakan karena adanya pengurangan atau penambahan unsur cerita sesuai dengan keinginan atau seleranya. Prinsip yang sama terjadi pada gosip.

Bergunjing adalah aktivitas yang buruk dan tidak banyak manfaatnya.

Di agama aja dilarang. Namun mengapa sulit sekali rasanya menghindari gosip yang umumnya membahas kehidupan pribadi orang lain? Nah, berikut ini adalah alasan yang membuat manusia gemar bergosip.

Pertama, rasa penasaranlah yang mendesak ladies untuk ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kisah seseorang, terutama kisah negatif. Otak manusia, rupanya, lebih mampu mengingat gosip negatif daripada gossip positif atau gossip yang netral. Hal tersebut yang menyebabkan sisem visual manusia berfokus pada gosip negatif.

Kedua, gosip adalah salah satu cara manusia untuk melakukan refleksi atau introspeksi. Gosip negatif akan menumbuhkan rasa penasaran yang tinggi sebagai hasil dari kewaspadaan akan hal yang mungkin mengancam hidup kita. Dengan mengetahui cerita negatif orang lain, ladies akan melakukan usaha untuk terhindar dari kemalangan tersebut.

Ketiga, selain menjadi media refleksi, gosip pun menjadi perekat hubungan sosial antarmanusia. Sekali lagi akuilah ladies, dalam setiap pertemuan dengan teman atau sahabat, meskipun percakapan dimulai dengan obrolan mengenai makanan baru yang recommended, pakaian cantik, aksesoris menarik, cuaca di kota tempat kuliah, tetapi akhirnya berujung pada gosip mengenai orang lain. Setelah bergosip bersama, akan timbul rasa kedekatan antara satu dengan yang lain. Perasaan ini lah yang membuat gosip berfungsi sebagai pengikat hubungan sosial antarmanusia.

Keempat, menurut Abraham Maslow, manusia memiliki empat basic needs dan satu metaneeds. Salah satu diantara basic needs adalah adalah esteem needs yang meliputi kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian, prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi penting, kehormatan dan apresiasi. Manusia yang dalam hatinya selalu memiliki secercah rendah diri membutuhkan gosip untuk merasa lebih kuat dan percaya diri. Dengan bergosip, manusia akan mengeksplor sisi negatif orang lain yang mungkin tidak dilakukannya sehingga membuatnya merasa jauh lebih baik, berharga, dan terhormat.

Dari pemaparan di atas, terkesan bahwa secara alamiah, gosip telah hadir dalam lingkungan sosial manusia.

Namun, meskipun manusia memiliki kecenderungan alami untuk menyukai gosip, bukan berarti ‘bakat’ ini mesti dipupuk atau dikembangkan. Justru, ladies harus mampu menghindarkan diri dari pergosipan sebab sesungguhnya bencana yang ditimbulkan gosip lebih besar daripada manfaatnya. Jangan sampai kehilangan teman dan malah nambah musuh cuma gara-gara gosip.

Must Read

Related Articles